Selasa, 20 Juni 2017

Puisi Terakhir W. S. Rendra

Hidup itu seperti uap, yang sebentar saja kelihatan, lalu lenyap!
Ketika orang memuji milikku, aku berkata bahwa ini hanya titipan saja.

Bahwa mobilku adalah titipan-Nya,
Bahwa rumahku adalah titipan-Nya,
Bahwa hartaku adalah titipan-Nya,
Bahwa putra-putriku hanyalah titipan-Nya.

Tapi mengapa aku tidak pernah bertanya,
Mengapa Dia menitipkannya kepadaku?
Untuk apa Dia menitipkan semuanya kepadaku?

Dan kalau bukan milikku,
Apa yang seharusnya aku lakukan untuk milik-Nya ini?
Mengapa hatiku justru terasa berat ketika titipan itu diminta kembali oleh-Nya?

Malahan ketika diminta kembali,
Kusebut itu musibah,
Kusebut itu ujian,
Kusebut itu petaka,
Kusebut itu apa saja.
Untuk melukiskan bahwa semua itu adalah derita.

Ketika aku berdoa,
Kuminta titipan yang cocok dengan kebutuhan duniawi,
Aku ingin lebih banyak harta,
Aku ingin lebih banyak mobil,
Aku ingin lebih banyak rumah,
Aku ingin lebih banyak popularitas.

Dan kutolak sakit,
Kutolak kemiskinan,
Seolah semua derita adalah hukuman bagiku.

Seolah keadilan dan kasih-Nya harus berjalan seperti penyelesaian matematika,
Dan sesuai dengan kehendakku.

Aku rajin beribadah,
Maka selayaknyalah derita itu menjauh dariku,
Dan nikmat dunia seharusnya kerap menghampiriku.

Betapa curangnya aku,
Kuperlakukan Dia seolah mitra dagangku,
Dan bukan sebagai Kekasih!

Kuminta Dia membalas perlakuan baikku,
Dan menolak keputusan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginanku.

Duh, Allah.

Padahal setiap hari kuucapkan,
Hidup dan matiku, hanyalah untuk-Mu, Ya Allah.
Ampuni aku, Ya Allah.

Mulai hari ini, ajari aku agar menjadi pribadi yang selalu bersyukur dalam setiap keadaan,
Dan menjadi bijaksana,
Mau menuruti kehendak-Mu saja, Ya Allah.

Sebab aku yakin,
Engkau akan memberikan anugerah dalam hidupku.
Kehendak-Mu adalah yang terbaik bagiku.

Ketika aku ingin hidup kaya,
Aku lupa,
Bahwa hidup itu sendiri adalah sebuah kekayaan.

Ketika aku berat untuk memberi,
Aku lupa,
Bahwa semua yang aku miliki juga adalah pemberian.

Ketika aku ingin menjadi yang terkuat,
Aku lupa,
Bahwa dalam kelemahan Tuhan memberikan aku kekuatan.

Ketika aku takut rugi,
Aku lupa,
Bahwa hidupku adalah sebuah keberuntungan kerana anugerah-Nya.

Ternyata hidup ini sangat indah,
Ketika kita selalu bersyukur kepada-Nya.

Bukan karena hari ini indah kita bahagia,
Tetapi karena kita bahagia maka hari ini menjadi indah.

Bukan karena tak ada rintangan kita menjadi optimis,
Tetapi karena kita optimis, rintangan akan menjadi tak terasa.

Bukan karena mudah kita yakin bisa,
Tetapi karena kita yakin bisa semuanya menjadi mudah.

Bukan karena semua baik kita tersenyum,
Tetapi karena kita tersenyum maka semua menjadi baik.

Tak ada hari yang menyulitkan kita,
Kecuali kita sendiri yang membuat sulit.

Bila kita tidak dapat menjadi jalan besar,
Cukuplah menjadi jalan setapak yang dapat dilalui orang.

Bila kita tidak dapat menjadi matahari,
Cukuplah menjadi lentera yang dapat menerangi sekitar kita.

Bila kita tidak dapat berbuat sesuatu untuk seseorang,
Maka berdoalah untuk kebaikan.