Senin, 27 Juni 2016

Famous Cafe Klaten

Selamat puasa, teman-teman.
Kali ini aku mo mengulas salah satu cafe yang ada di Klaten. Tepatnya di daerah Bramen, utara jalan, sebelah timur Star Steak Bramen. Namanya Famous Cafe dan bukanya hanya dari sore sekitaran jam 5 sampe malam.
Aku pada waktu itu sendirian ke sana dan kebetulan sebelumnya udah makan, jadinya aku di lokasi cuma pesen minum dan cemilan doang.
Berhubung lagi bulan Ramadhan, aku dapet free kolak nihhhh~
Kolak
Emang sih cuma seuprit, tapi cukup kok buat minuman pembuka (bagi yang berpuasa).
Roti Bakar Coklat Keju
Makan kayak beginian aja udah kenyang, cyinn. *ya soalnya sebelumnya aku udah makan berat sih hahahah
Roti bakarnya setangkup. Dalemnya coklat, luarnya dikasih topping coklat juga. Terus ditaburi keju parut. 7k.
Tape Milk
Susu tape ketan. Wuuuuhhh, ini joooossssss bangeeeettt. Enaaaaaaaak sampe ke langit. Perpaduannya pas. Tapenya banyak, susu dan sirupnya enak. 5k.
Di sini tempat parkir luas, cocok buat nongkrong, wifi kenceng, pelayanan cepat dan ramah. Top.
See you on my next post, guys.

Soto Ayam dan Ayam Goreng Mas Kus Klaten

Hello~
Jumpa lagi di blog Elliza~
Kali ini aku mo review salah satu tempat makan yang ada di Klaten. Namanya Soto Ayam dan Ayam Goreng Mas Kus. Lokasinya ada di sebelah utara pom bensin Jonggrangan, Klaten. Warungnya sederhana kok, tapi makanannya enak. Salah satunya ini niiihhh:
Soto Ayam
Cukup merogoh kocek sebesar 5k, kita udah bisa menikmati semangkok soto ayam yang panas. Segeeeerrrr banget. Bumbunya pas. Pokoknya enak. Hahaha :D
Es Jeruk
Minuman yang universal nih: es jeruk. Tambah seger abis makan soto terus minum es jeruk. 3k.
Aneka Lauk - 1
Aneka Lauk - 2
Lauknya ada komplit: ayam jowo, tempe goreng, tempe kemul, thethelan, sate telur puyuh, dll.
Makanannya enak, pelayanan cepat dan ramah. Tapi tempatnya kesannya kotor. But it doesn't matter.
Sampai jumpa di review yang lain, teman-teman.

Casa Ghiaccio Klaten

Hayyy, hayyy, haaaaaaayyyyyyy~
Kali ini aku mo mengulas tentang salah satu cafe hits yang ada di kota kelahiranku tercinta, Klaten Bersinar.
Namanya Casa Ghiaccio. I don't really know how to pronounce it. Hahaaa :D
Cafe ini berlokasi di sebelah utara Stadion Trikoyo Klaten. Pas banget di tepi jalan raya. Berikut menu yang aku pesan:


menu~
Kita kupas satu per satu yuuuukkkk~
Mini Pizza Mozarella Casa
Pizza-nya imut banget. Cukup 11,5k kita udah bisa nikmatin pizza mini ini. Topping-nya ada potongan sosis, jamur, bawang bombay, dll. Rasanya pas. Saosnya juga pedes.
Roti Bakar Coklat
Sebagai pemanis nihhhh~
Roti bakar coklat. Dalemnya ada coklat, luarnya juga dikasih topping coklat. Ada 4 potong. Enak! 6,5k.
Spaghetti Bolognese Sauce
Yang gurih~
Spaghetti bolognese sauce. Bumbunya pas. Enak. 10k. Tapi sayang kurang kenyal. Hehe
Ice Blend Almond Delight
Rasanya coklat dengan sensasi almond~
Manisnya pas, enaaaaaa beeeetttt. 8,5k.
Air Mineral 600 ml
Sahabat sejati: air mineral. Sehat, menyegarkan, penetralisir. 3.5k. 💙

Baca Juga: Kedai Chezko Klaten

Daaaaan, yang di bawah ini adalah orang yang udah nemenin aku ke cafe ini~
Sepupu syantiikkssss~
Cafe ini menunya kebanyakan makanan yang ringan-ringan, tempatnya juga terkonsep, cozy buat nongkrong, pelayanannya cepet dan ramah. Sayangnya, tempat parkirnya kurang lega karena sempit, pas banget di tepi jalan raya pun. But overall, it's nice.

Baca Juga: Il Nostro Klaten

See you on my next post, guys~

Minggu, 12 Juni 2016

Bahagia Belum Tentu Bahagia

Tidak semua kabar bahagia membuahkan rasa senang dalam jiwa. Ada hati yang patah di baliknya. Rasa kesal, iri, turut suka cita bercampur menjadi satu. Tidak enak rasanya. Sampai-sampai air mata yang jatuh ke pipi tidak memberikan definisi apapun, senang atau sedih.

Keikhlasan pun diuji. Segala teori yang tertanam di otak dan terhujam di hati mulai dipraktikkan di dunia nyata. Tidak semudah yang dibayangkan. Butuh jiwa yang sungguh tegar, mental yang sangat kuat, dan keyakinan yang begitu besar untuk menghidupkan raksasa ikhlas ini. Tidak semudah itu. Tidak semudah itu. Tidak semudah itu.

Pada dasarnya aku percaya bahwa ketetapan Tuhan itu absolut. Tuhan pasti memberikan jalan yang paling baik bagi makhluk-Nya. Hanya saja untuk perkara nasib yang bisa diusahakan, aku sedikit skeptis. Terkadang aku merasa upayaku telah maksimal, doaku yang terpanjat juga terhitung dengan frekuensi sangat sering, motivasi dan keyakinan diriku pun tanpa batas. Namun, ketok palu dari Tuhan memberikan vonis untukku dengan jawaban: tidak. Tidak untuk saat ini. Barangkali di lain waktu masih bisa kuperoleh kesempatan itu. Barangkali.

Lihat, bahkan untuk saat-saat kritis seperti ini pun aku masih menyalakan harapan. Bukan apa-apa, aku hanya menghibur diri. Terlalu singkat rasanya umur ini bila hanya dihabiskan untuk meratap. Akan tetapi, sungguh, ini sulit sekali bagiku. Rasa sesak yang tersimpan di hati masih terasa.

Sesungguhnya aku tidak ingin memelihara rasa sakit di hati. Bukan inginku. Bahkan aku berupaya untuk mengusirnya. Tapi, semakin keras kuupayakan, semakin ia menguatkan ikatannya di dalam hatiku. Oh, beratnya. Oh, pahitnya. Dan pada akhirnya hanya satu penyembuh sementara bagiku untuk meredakan setiap gejolak rasa sakit itu: mengelus-elus kucing peliharaanku di rumah.

Berjalan di Atas Bara Api

Bertahun-tahun sudah kulalui jalan ini. Jalan yang sama sekali tidak membuatku nyaman. Jalan yang bukan merupakan pembebasanku atas tawa liarku. Jalan yang justru membawaku jauh dari rangkaian mimpiku. Semacam tersesat. Sengsara sekali rasanya menjalani hari demi hari dengan tapak kaki penuh luka akibat menjejakkannya pada bara api yang menyala-nyala. Derita ini tak akan pernah usai bila ku sendiri tak menghentikannya. Ya, berawal dari diri-sendiri.

Ini semua berawal dari keterlanjuran. Aku terlanjur memilih. Karena toh kupikir semua akan baik-baik saja dan aku bisa melewatinya. Aku pun masih hidup. Sehat. Memang betul demikian adanya. Namun, bila ditilik lagi lebih dalam, yang ada hanya siksaan. Aku tersiksa, menderita, sengsara karena jalan yang kupilih sendiri. Salahku? Baiklah, ini memang salahku. Saat itu aku memutuskan hal ini dalam keadaan di mana aku tidak bisa berpikir jernih dan berakal sehat. Penuh tekanan akibat amarah dari ayahku yang bertubi-tubi ditujukan kepadaku karena aku tak kunjung lolos untuk mendapatkan bangku kuliah. Sehingga, ketika pengumuman SNMPTN itu tiba, aku merasakan euforia yang teramat sangat membahagiakan. Saat itulah akal sehatku tidak bisa bekerja dengan baik. Hingga akhirnya aku menutup peluang-peluang lain dan menetapkan hasil SNMPTN itulah sebagai tujuan akhirku.

Setelah semua terjadi dan berlalu, aku baru menyadari bahwa ini bukan yang aku mau. Ini bukan jalanku. Ini bukan inginku. Ternyata aku menciptakan neraka di dalam hidupku sendiri. Aku tak tahu sampai kapan aku sanggup berjalan di atas bara api yang senantiasa terasa panas dan menyakitkan saat dipijak.

Kamu Nggak Suka Sama Saya. So?

"Ell, si xxx itu nggak suka sama kamu, loh."
"Emang nggak suka kenapa?"
"Katanya kamu itu blablabla..."
"Oh, terus kenapa?"
Well, saya pernah mendapati percakapan yang demikian. Pertanyaan terakhir saya: terus kenapa?
Menghadapi orang yang nggak suka sama saya itu sebenarnya simpel aja. Cuekin. Biarkan saja ia atau mereka punya persepsi yang bukan-bukan mengenai saya. Orang-orang yang nggak suka ini (biasa disebut haters sih) *biar kekinian* adalah orang yang rela banget menghabiskan waktunya hanya untuk membenci saya. Duh, daripada benci mbok sayang aja sama saya. Pada dasarnya saya ini orangnya penyayang, loh. HAHAHA.
*ketawa songong*
*kemudian digampar*

Haters ini yah, aduh, sumpah deh, kurang kerjaan banget. Belum begitu kenal sama saya tapi sudah menjustifikasi yang macem-macem. Gimana, ya? Saya begini, dikomentarin begitu. Saya begitu, diprotes begini. Saya diam, dibilang lemah. Saya pecicilan, dikatain cewek nggak bener. Saya berwajah datar, disangka sok galak. Saya tersenyum, dikira sok cantik-sok manis-sok atuh. -____-
TERUS AKU KUDU PIYE?

Ternyata memang benar bahwasanya apapun yang saya lakukan, bagaimanapun tingkah saya, seperti apapun diri saya, akan selalu ada orang yang demen banget ngomentarin macem-macem. Nah, kalo begini adanya, bukankah jalan satu-satunya dan yang terbaik adalah cuek? Lebih baik saya menggunakan kedua tangan saya untuk menutup kedua telinga saya dari komentar-komentar nyinyir dan jahat dari orang para haters ini daripada saya berusaha membungkam mulut-mulut mereka dengan hanya menggunakan kedua tangan yang saya miliki.
*quote of the day*

Lalu bagaimana? Apa langkah selanjutnya?
Tetap berbuat baik. Tetap menjadi baik. Tetap selalu baik. That's it!
Nggak ada yang lebih baik dari kata 'baik'. *ya iya laaaaahh*

Seperti kata Kurt Cobain: saya lebih baik dibenci sebagai diri-sendiri daripada disukai orang karena saya berpura-pura menjadi orang lain.
Close enough.
Seperti itulah.