Kamis, 09 Oktober 2014

Cinema Bakery Jogja

Setelah beraktivitas penuh ke sana-kemari, naik-turun tangga, dan menjalani w-o-w moment sejak pagi, aku memutuskan rehat sejenak. Mampir dulu deh di Cinema Bakery. Lagian jam-jam segini tuh enak buat jajan. Muehehehee :D

Lokasi Cinema Bakery gampang banget dijangkau, tepatnya di depan bioskop XXI. Alamat lengkapnya di Jalan Urip Sumoharjo No. 111A.

Well, begitu masuk bisa lihat kue-kue dan es krim yang dipajang. Benar-benar memanjakan mata.

Waitress-nya pun ramah. Aku langsung dilayani. Karena aku sendirian, aku diarahkan untuk duduk di kursi 2 seat dan tersedia colokan (tau aja deehhh mau numpang wifi-an).
Setelah diberi buku menu, pilih-pilih dulu dong. Akhirnya pilihanku jatuh pada roti dan es. Wkwkwkk :D

Sebenarnya yang bikin aku tertarik di sini tuh tata ruangnya. Eye-catching banget. Berasa mo nonton film. Di mana-mana dipasang foto cover film. Kebetulan banget di dekat aku duduk dipajang salah satu film slasher favoritku. Ini:
SAW: Final Chapter
Aku sempatkan memfoto beberapa sudut cafe ini:



Langsung ke menu deeehhhh:

Cheese Croissant
Cheese Croissant dibandrol 11k. Gigitan pertama itu kresss banget. Kejunya berasa banget di lidah. Teksturnya gak terlalu keras dan gak terlalu lembek, sedeng-sedeng aja. Intinya enak. Udah gitu aja. :D

Ice Green Tea Latte
Lagi pengen minum segeran. Jatuhlah pilihanku pada es teh. Simpelnya emang es teh sih. Yang bikin beda nama lengkapnya aja: Ice Green Tea Latte. Tersedia gula cair agar kita bisa menuangkannya sesuai selera manis yang kita inginkan. *tsaaaahh* Untuk menikmati beverage ini, cukup merogoh kocek 15k.
The last picture cuma buat selfie ajaaahh. Wkwkwkk :D
See you, guys.

Sabtu, 04 Oktober 2014

Kenapa Tidak Sedikit Orang Ingin Menjadi Guru?

Guru memang pekerjaan yang mulia. Tidak semua orang bisa layak menyandang predikat sebagai seorang guru. You know, guru itu digugu lan ditiru, dipatuhi dan ditiru. Sudah semestinyalah seorang guru itu dikatakan sebagai manusia yang mendekati sempurna. Bayangkan saja, ia patut untuk dipatuhi, dituruti, dihormati, dan ia juga pantas ditiru, di-copy, being followed.

Terlepas dari sosok guru yang demikian, bagiku menjadi guru adalah pekerjaan yang sama sekali tidak mudah. Imagine guys, you gotta have a great passion to teach your pupils. Ngajarnya itu pun harus dengan hati. Tulus. Penuh kasih sayang. Di balik proses belajar-mengajar yang hanya dalam hitungan jam di kelas, ada banyak hal yang seharusnya diketahui oleh orang awam. Aku miris sekali and so annoyed dengan orang-orang awam yang mengatakan bahwa kerjaan yang paling enak itu guru. What the hell. -_____-

Emangnya gampang ngadepin puluhan anak orang dengan berbagai karakteristik sikap dan watak di kelas dalam satu waktu pembelajaran? Puluhan anak orang itu cara belajarnya lain-lain, kemampuan menyerap materi pembelajaran juga lain-lain, cara bersikap kepada teman dan guru juga lain-lain. Di sini, seorang guru harus mampu menguasai kelas dan mengondisikan kelas dalam keadaan kondusif agar materi pembelajaran dapat ditransfer dengan baik. Okay, itu baru satu kelas. Padahal guru itu ngajar nggak cuma di satu kelas.

Ketika mengajar, seorang guru tidak semata-mata hanya mengajar, melainkan juga mendidik. Guru harus kreatif dan terampil mengolah metode dan strategi pembelajaran yang cocok dengan materi pembelajaran disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku on the recent time, kemudian mengolahnya dengan mengintegrasikannya dengan karakter atau nilai-nilai ketuhanan yang terkandung. Edyan, mumet!

Seorang guru sudah tentu harus menguasai materi. Itu harga mati! Kalau cuma ecek-ecek, ngapain jadi guru? Kasihan itu muridnya berkiblat pada guru yang otaknya kosong dan cuma gede omong. Tentunya guru nggak cuma pinter buat diri-sendiri, melainkan juga bisa minterin anak orang dengan penyampaian materi yang benar. Transfer ilmu itulah yang esensial. And this is not easy, man!
Again, administrasi pembelajaran yang belibet dan bejibun harus disusun guru demi kelancaran pembelajaran. RPP, prota, prosem, KKM, silabus, instrumen penilaian kognitif-afektif-psikomotorik, dan itu semua wajib di-upgrade. Iya dong! 'Kan guru!

Well, intinya kalau mau menjadi guru, harus siap lahir batin jiwa raga menempuh segala sesuatu yang semestinya dilalui. Menjadi guru itu panggilan hati, bukan paksaan.
Bukan pula karena iming-iming gaji yang tinggi. Itu berlaku buat guru yang udah sertifikasi sih. Kalau guru honorer yaa gigit jari aja.

Menjadi guru adalah panggilan hati dan panggilan jiwa. Buat apa menjadi guru tapi dalam hati tidak pernah ikhlas mendidik anak orang supaya menjadi pribadi yang lebih baik? Buat apa menjadi guru tapi bukan berasal dari panggilan jiwa melainkan dari panggilan gaji? Buat apa menjadi guru tapi ngajar aja ecek-ecek cuma mengandalkan satu metode pembelajaran, nggak peduli siswa-siswinya paham betul atau kosong betul? Buat apa? Do you never realize it?

Ouh, come on!
Mengikuti intuisi itu perlu. Mendengar panggilan jiwa dan hati itu penting. Bukan hanya latah mengikuti tren yang sedang booming. Mentang-mentang kesejahteraan guru sedang sangat diperhatikan, lantas sebagian besar orang memaksakan dirinya untuk menjadi guru.
Jangan sampai salah jurusan. Karena pekerjaan sebagai guru yang bakal digeluti itu, akan menghabiskan separuh umurmu for the rest of your life.
Aku sendiri pun belajar dari yang sudah-sudah. Aku nggak ingin mengulangi kesalahan yang sama tentunya. Kita memang harus selektif memilih sebelum menyesal. Karena pilihan yang sudah kita ambil adalah pemberi warna dalam kehidupan kita. Mau warna putih, hitam, merah, biru, hijau, ungu, terserah kita. Kita yang tentukan.