Senin, 22 Desember 2014

Bakso Tirtosari Prambanan

Setelah jalan-jalan ke Embung Nglanggeran, jajan dulu deh buat ganjel perut. Berhubung sekalian pulang ke rumah, jadinya kita jajan di sekitaran Prambanan aja. Terpilihlah Bakso Tirtosari yang terletak di Jalan Raya Jogja-Solo. Kalo dari arah Jogja, Bakso Tirtosari letaknya di kanan jalan setelah kompleks Candi Prambanan. Ada tulisannya terpampang gede banget kok.
Adekku dan aku memang pecinta bakso, jadi kalo jajan yaa probabilitas terbesar memang bakso. Icip-icip mumpung sampe sini yaa Bakso Tirtosari aja deh.
Bakso Tirtosari
Bakso Tirtosari ini isinya simpel banget. Pangsit cumi, pangsit bulet, potongan tahu, dan bakso dua butir. Sing penting weteng keganjel.
Untuk minumnya, simpel juga.
Es Jeruk
Es Campur
Es jeruk sih udah mainstream banget yaaaa. Sari jeruk nipis ditambahin gula plus air secukupnya tambah prongkolan es batu. Voila!
Nah, es campurnya itu isinya: cendol, tape ketan ijo, kelapa muda, alpukat, camcau hitam, sawo, kolang-kaling, dan timun suri. Selebihnya air dan es batu. Hahaaaa :D
Untuk detil harganya aku kurang tau, soalnya pas bayar di bapak-bapak kasirnya cuma menggunakan metode konvensional. Kita ngomong tentang pesanan kita, bapaknya langsung kasih totalan, tanpa nota. Beres. Untuk menu yang udah kita berdua konsumsi di atas, totalnya 23k. Yaahh, rata-rata sama lah dengan bakso-bakso pada umumnya. Hanya saja perkara rasa itu selera masing-masing.
See you next time on the different culinary spot, guys!!

Embung Nglanggeran

Pada hari Minggu yang cerah ceria awalnya tetapi diselingi gerimis dan hujan pada akhirnya, aku menghabiskan waktu bersama adikku jelajah ke Nglanggeran. Iseng-iseng aja sih, tanpa rencana yang matang sebelumnya, bener-bener dadakan, but it's okay, akhirnya sampe juga di lokasi. Cukup mengagumkan bagi tipe yang memiliki daya navigasi buruk sepertiku bisa sampai di lokasi tertentu tanpa tersesat. Hahahahahahaaaaa *evil's laugh*

Embung Nglanggeran terletak di Padukuhan Nglanggeran Wetan, Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunungkidul, DIY. Ini pertama kalinya bagiku melewati jalan ala-ala pegunungan yang berliku. Belum familiar karena sehari-hari kalo berperjalanan juga jalannya biasa aja.

Berhubung aku dari rumah, aku ambil rute lewat Piyungan. Dari Jalan Jogja-Solo (kompleks Candi Prambanan), belok kiri. Lurus teruuuusss aja (di sini lewat Jalan Prambanan-Piyungan). Mentok nemu pertigaan ada pos polisi, belok kiri. Nah, perjuangan melintasi jalan berkelok-kelok menanjak menurun pun dimulai. Ikuti terus jalannya (lumayan jauh) setelah itu ada kantor polisi Patuk (kanan jalan), belok kiri (ada tulisan Desa Ngoro-Oro). Ikuti terus jalannya (jalan kecil kok, sepi). Di sini, kita disuguhi pemandangan yang awesome juga. Ijo-ijo everywhere. Segeeerrrrr banget. Lanjut terus aja (ngikutin garis putih yang ada di jalanan itu). Kalo udah ngelewatin stasiun transmisi TVRI, Indosiar, RCTI, ANTV, berarti kita hampir sampai lokasi. Nanti ada petunjuk jalannya kok kalo mo kearah Nglanggeran.
source: http://titikbuta.blogspot.sg/2012/06/rute-menuju-nglanggeran.html
Dari Gunung Api Purba Nglanggeran, jaraknya masih 1,5 km menuju Embung Nglanggeran.
Sampai di sana, lumayan laaahhh memanjakan mata. Berikut dokumentasinya tapi mohon maaf kalo kualitasnya kurang maksimal karena cuma pake kamera ponsel.
The Rules
The view
Saatnya pulaaaanggg
hati-hati di jalan, yaaahhh
Seperti inilah kondisi jalan menuju dan bertolak dari Embung Nglanggeran

Itulah sebagian kecil dokumentasi dolan-dolan ke Embung Nglanggeran. Masih banyak lagi sebenernya. Hahaaa :D

Anyway, tiket masuknya per orang 5k kalo siang. Murah kaaaannn?
Tiket masuk Embung Nglanggeran
Bersyukur sekali rasanya bisa menikmati hasil karya Tuhan yang luar biasa ini. Jarang banget lihat yang kayak beginian. Jadinya takjub gitu begitu memandangi view yang luar biasa ini. Next time, harus jajal tempat wisata lain supaya makin bisa bersyukur lagi tinggal di Indonesia! See you, guys!!

Selasa, 16 Desember 2014

Perayaan Kecil Usai Wisuda ~ Kebun Binatang Gembira Loka

Latepost bangeeeeeettttttttttttttt!!!!!

Ini terjadi gara-gara seluruh dokumentasi baru sempat mampir di tanganku weekend kemarin. -______-
Ya sudah, tak apalah. Toh baru empat bulan yang lalu, belum ada setahun. (Ahhh, gilak!)

Selamat siang menjelang sore (karena aku nulisnya sekitar jam setengah tiga siang sore), para pembaca yang budiman. Berjumpa kembali dengan saya, Elliza Efina Rahmawati Putri, Sarjana Pendidikan Sains Binti Mukhlis Effendi, Sarjana Ekonomi, Magister Manajemen. (Ebuseeeetttttt!)

Pada kesempatan yang membahagiakan ini, izinkan saya berbagi kebahagiaan mengenai hal-hal yang bikin bahagia dan menjadi sumber kebahagiaan. (apa banget laaahhh bahasanyaahh) (-_-)/||
Ngga usah berlama-lama langsung aja aku ceritakan kronologi kejadian tragisnya.

Aku sama temen-temenku yang wisuda tanggal 9 Agustus 2014, berencana melakukan suatu trip. Untuk mematangkan rencana, kami mengadakan technical meeting untuk mengantisipasi adanya kecurangan dana BOS dari pemerintah pusat ke kroni-kroninya. (Fokus, Ell, fokus, please)
Awalnya kami pengen banget wisata bareng ke Dieng. Akan tetapi, karena nggak nemu waktu yang tepat untuk bisa maen bareng, akhirnya cancel. Tawaran berikutnya, Ketep Pass. Namun, gagal. Alasan klasik juga, waktunya ngga tepat. The next offering, Pantai, entah mo pantai mana yang jelas masih masuk kawasan Jogjakardahhh. But, gagal total juga. Kalo yang ini sepertinya karena alasan cuaca atau apa, saya lupa. Sampai tawaran-tawaran lokasi lain yang tidak termemori di ingatanku. Nah, daripada pusing mendebatkan waktu, cuaca, anggota yang bakal ikut, dan segala macemnya, tibalah pada keputusan final. Taraaaaaaaaaaaaaaaaaa!!!! BONBIN, meeeennnnn.
Kebun Binatang Gembira Loka yang letaknya deket bener dari kampus UIN SUKIJO.
Yaaaaa sebenernya nggak apa-apa sih, toh selama gue kuliah di Jogja, gue belom pernah sekalipun menginjakkan kaki di tanah bonbin itu. Rapopo wis. Jadi pengalaman kok. Hahahahahahahahahahahahahahahahahahahahaaaa!!


Taman
Bumper Boat
Jembatan
Zebra
Siapa yang berendam?
Makhluk kutub yang ternyata bisa juga hidup di daerah tropis
Terus terang aku nggak tau ini namanya burung apa. Love bird-kah?
Bangau
Hmmmm, siapa dia?
Lomba cepet-cepetan pulang ke rumah, tetep dia pemenangnya
Komodo? Is that true?
Silakan dinamai sendiri :D
Demikian hasil perburuan kami, semoga cukup bikin kenyang yak. Hahaaa :D

Banyak sekali cerita menarik dan berkesan ketika aku bisa bareng-bareng mereka. Suka duka dilewatin bareng. Ngerasain susahnya skripsian juga bareng-bareng. Ngerasain bahagianya wisuda juga bareng. Paket komplit! Alhamdulillah, betapa senang hatiiiii. \(^_^)/
Serasa nggak mau pisah, pengen bareng terus.
Kuharap setelah kita wisuda, kita masih tetep keep in touch, saling kasih kabar, saling kontak-kontakan. Silaturahim tetap harus dijaga ya, guys.
I'm happy and proud to be your friend, and I'm glad having you all as a part of my life.

Pendidikan Fisika 
UIN Sunan Kalijaga
Yogyakarta

Rabu, 10 Desember 2014

Berawal dari Quote Soekarno

Aku masih merangkai mimpiku.
Aku masih menggantungkan asaku jauh di atas sana.
Banyak yang berpesan agar aku tidak terlalu tinggi berekspektasi.
Kenapa?
Biar aku tidak terlalu sakit kalau aku jatuh?
Hmmm...
Justru yang selalu kuingat adalah kata-kata indah dari sang proklamator, Soekarno.
Aku memang mengiyakan quote itu.
Berangkat dari mimpilah semua hal bisa terwujud.
Walaupun tidak sedikit yang juga gagal terealisasi.
Namun, paling tidak upaya untuk menuju ke sana itulah yang bernilai.
Aku merefleksikan keberhasilan sederhana yang telah kuraih.
Ambil saja beberapa sampel contoh keberhasilan sederhana menurut versiku.
Skripsi tuntas dengan nilai sangat memuaskan, menjadi juara pidato bahasa Inggris, mendapat beasiswa prestasi, memperoleh skor TOEFL ITP di atas 500.
Ya, sesederhana itu.
Aku mengawali semua itu dari mimpi.
Kalau aku tidak bermimpi, berharap, kemudian mengupayakannya, mana mungkin itu semua terjadi?
Tuhan punya andil dalam segala hal yang terjadi dalam hidupku.
Semua kuserahkan kepada-Nya.
Lalu, apa aku keliru bila aku bermimpi yang sedikit lebih besar?
Meski dengan pencapaian sederhana dan tidak muluk-muluk alias realistis, apa itu salah?
Oh, bahkan kalau aku nekad, aku niat banget untuk bermimpi keliling bumi Tuhan ini, mengunjungi sudut-sudut kota di berbagai belahan negara, melihat aktivitas banyak orang di penjuru dunia, memanjakan mata dengan panorama buah karya Tuhan yang luar biasa.
Sudahlah, biarkan saja aku terbang bersama mimpi-mimpiku ini.
Sekalipun tidak masuk akal, biarkan saja.
Toh ini imajinasiku sendiri.
Asalkan aku tidak merugikan banyak pihak, tak apa-apa, 'kan?
Dalam pikiranku, tidak ada yang tidak mungkin.
Tuhanlah yang membatasi dan memberi ukuran yang sesuai untuk diriku.
Pada akhirnya, Tuhan memberikan semua hal yang terbaik untuk aku.

Senin, 08 Desember 2014

Awan, Mendung, Pagi

Pagi yang mendung, yah?
Bahkan belum sempat kucium hangatnya sinar mentari, gerimis ini sudah keburu mencumbuku
Sepertinya awan mendung di atas sana lebih suka menggeliat
Memperlihatkan keperkasaannya yang menumbangkan kekuatan nur matahari
Hai, kamu bangga, awan?
Mungkin ini memang saatmu
Kau mendendam, aku melihatnya di bulir air matamu
Pagiku yang seharusnya cerah kau hapus begitu saja dengan rintik gerimismu
Aku tak mengeluh, aku berusaha menikmatimu
Memahami bahasa tubuhmu
Dendammu pada matahari yang setiap pagi memamerkan kecantikannya
Kali ini kau boleh berpuas diri menumpahkan kekesalanmu
Bahkan untuk waktu seharian ini, boleh
Aku tak melarangmu
Aku sungguh mendengar erangan sebalmu itu
Oh, aku terlalu melankolis, yah?
Sudahlah, pagiku ini masih mendung
Kau, terserahmu sajalah
Lakukan apapun sesukamu, awan