Minggu, 24 September 2017

Lalu, Hakimilah Aku!

Tiadalah guna menjelaskan kepada orang-orang
Peduli apa?
Sekadar tahu kemudian berlalu
Tipikal anti-empati tapi gemar menikmati isu

Aku bukan terjebak di dalam drama
Inilah nyata yang aku rasa
Aku alami betul-betul apa adanya
Hanya saja mereka anggap aku gila

Bagaimana mungkin orang lain paham?
Sementara mereka tidak berada di posisiku
Kemudian siapa yang kejam?
Semena-mena menjustifikasiku

Oh, lalu aku sadar bahwa aku hanyalah seorang pemimpi
Yang selalu berharap segalanya riil dan terjadi
Namun, sekejap kemudian aku menyadari
Banyak hal absurd yang cuma berakhir dalam imaji

Tangis ini ada
Air mata mengalir melalui pipi dan menetesi dada
Rongga hidung pun basah
Menyisakan kepedihan yang sudah terlalu lelah dan payah

Terlambat sudah terlambat
Sesal memberikan kecupan selamat
Kepada otak dan hati yang menanggung berat
Penat

Hey, terjebak atas keputusan (bodoh) sendiri adalah kepahitan yang harus ditelan
Seiring dengan waktu berjalan
Dan harus dilalui sampai titik darah penghabisan
Sanggupkah aku bertahan?




13/09/2017
20.37
Kamar Mungil

Menyerah Semenyerah-Menyerahnya

Kuputuskan untuk menyerah
Malam ini
Semua serasa runtuh
T'lah habis rasaku
Raib sudah semangatku
Beginilah jadinya bila segalanya dipaksakan
Tidak ada gunanya
Habis sudah tangisku
Kering sudah air mataku
Pedih hati tapi tak bisa ungkapkan
Bibir seakan menjerit namun terbungkam
Malam ini kuputuskan
Menyerah saja

04/07/2017
22.19
Sudut tempat tidur

Kamis, 21 September 2017

Spending Time in Dunkin Donuts Delanggu

Menghabiskan waktu di siang hari dengan bersantai sejenak setelah seharian penuh beraktivitas itu perlu banget. Setidaknya, bagiku hal ini jadi momen untuk menjaga kualitas otak dan tubuh agar tetap berfungsi prima sebagaimana mestinya. Salah satu tempat yang aku singgahi ini yaitu kedai waralaba donat terkemuka yang tentunya sudah dikenal oleh hampir semua orang sejagat raya ini: Dunkin Donuts. Apalagi siang-siang jeger  kayak begini. Beuuuhhhhhhh, rasanya cuma kepengen minum air kelapa muda berjuta galon.

Tetapi eh tetapiiiii, berhubung di kedai ini ngga ngejual air kelapa muda seperti di lapak para penjual es kelapa muda di tepi jalan atau di pinggir pantai, alhasil aku menentukan pilihanku pada Ice Green Tea ukuran large. (((Bukan berjuta galon juga nih jadinya)))
selalu green tea yang jadi pilihan
Satu tegukan, cukup menyegarkan kerongkongan setelah menempuh perjalanan jauh di jalan raya Jogja-Solo. Anyway, ini aku mampirnya di kedai Dunkin Donuts yang masih satu area dengan SPBU di Delanggu. Pokoknya pinggir jalan raya Jogja-Solo daerah Delanggu yang dekat dengan pertigaan traffic light yang kalau belok ke timur itu menuju ke arah Wonosari atau Solo Baru itu lohhhhh.
*I'm bad at explaining the exact address*
Rasa green tea-nya pas banget, ngga terlalu manis. Ini yang aku paling suka. Untuk ukuran large ini, ngga bikin aku ngerasa mblenger juga ya karena lagi haus banget keleussssss. Biasanya green tea ini rada tricky sih. Kadang kalo cuma green tea ala-ala itu rasanya malah ngga karuan, ada yang kayak rasa kacang ijo malahan. Tapi, kalo di Dunkin Donuts jelas asli lah yawwww lykee helaaawwwwwwww masak iya mau kasih ke konsumen green tea palsu. Wkwkwkk~
Minuman kayak gini justru lebih menyegarkan menurutku sih. Bukan yang terlalu manis atau bikin eneg gitu. Yang penting seger lah. Ice Green Tea ukuran large alias yang paling besar ini dibandrol 28K.


Nggak lengkap kalo mampir sini tapi cuma menikmati minumnya aja. DONATNYA DOOONGGGG!
Yak! Aku pesen donatnya juga walaupun cuma satu biji. Aku lupa ini donat nama lengkapnya apa. :')
Pokoknya ada hazelnut hazelnut-nya gitu. Hehe. *nyengir*
donat yang terlupakan namanya
Satu donat gitu harganya 9K. Kalo donat fancy gitu beda lagi harganya. Lebih enak kalo beli donat pas lagi ada promo, Beli 6 Gratis 6. Dan donat yang aku lupa namanya ini, bener-bener dehhhhh, fuuullllll cokelaaattt bangettttttt. Karena aku makannya lambat nian, jadinya rasanya di perut sedikit lebih eneg karena banyak kandungan fermipan atau cokelatnya mungkin. (((mungkin)))
*I'm not a scientist, nor a baker, but I'm good at criticizing, bahahahahahhh*
donat, es teh ijo, pulpen, dan catatan soal fisika
Mampir ke kedai macem beginian tuh harus dimanfaatkan semaksimal mungkin. Salah satunya yaitu memanfaatkan keberadaan wifi. *dasar banci wifi*
Kan lumayan tuh, bisa buat upload foto-foto epic di Instagram, scrolling berita-berita terbaru di timeline Twitter, atau malah buat streaming-an alias buka Youtube secara cuma-cuma. Efektif dan efisien, bukan? Ngahahahahhh~

Baca juga: Abata Donuts Solo

Segini dulu ulasan singkat dari aku mengenai mampir-mampir jajannya. Semoga bermanfaat, yak! Hehe :D
Jangan sungkan buat baca-baca postinganku yang lain, guys.
Have a good day!

Rabu, 20 September 2017

ICoSMEE 2017 - Pengalaman Pertama Selalu Berkesan

Helloooooooooo!!

Welcome to my blog, netizen!
Kali ini aku mo sharing tentang pengalamanku ikut salah satu seminar internasional. Daaaann, ini pengalaman pertamaku. *woohoo, I'm sooo excited*
Postinganku ini bakalan panjang banget, bakalan semau gue, dan pastinya lebay bin alay.
So, without any further do, let's get started!



ICoSMEE.
International Conference on Science, Mathematics, Environment and Education.
(((Kepanjangannya kayak gitu tuhhhh)))

Seminar internasional ini dihelat pada hari Sabtu, 16 September 2017 di Best Western Premier Hotel Solo Baru oleh Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta atau biar lebih singkat sebut saja FKIP UNS.
Sebagai seorang mahasiswi yang hidup segan mati tak mau dalam menjalani kuliah yang tinggal sejengkal lagi, aku turut berpartisipasi dalam seminar ini sebagai Participant alias Peserta (((tentunya dengan membayar biaya seminar sebesar satu setengah JUTA rupiah))). Demi keberlangsungan pertahanan diriku sebagai seorang mahasiswi yang masih berkutat dengan p e n e l i t i a n.
-----semoga diri ini selalu bisa berbesar hati, bersabar, dan selalu mengharap rezeki yang tiada putus dari Tuhan Yang Maha Pemberi Dan Penjamin Rezeki makhluk-Nya-----


Pesertanya bejibun banget, coy. Sejumlah 191 paper untuk parallel session. Padahal 1 paper bisa terdiri atas 1-5 orang author. Ada yang dari Lampung, Nganjuk, Semarang, Medan, Jogja, Depok, Jakarta, Bandung, Surabaya, Jember, Bogor, *adududuhhh elll udahlah sebutin aja semuamuamuanya*, Kalimantan, bahkan Malaysia. Porsi peserta terbanyak teteuppp yaaa dari UNS. *yaiyalaaaaahhhhhh gilsssss*
Seminar ini dilaksanakan dalam waktu satu hari penuh, dibagi menjadi dua sesi: 1) Plenary Session, 2) Parallel Session, dari jam 8 pagi sampai jam 6 petang. Cucooookkk, cyiiiinnn~
Acara dimulai dengan sambutan-sambutan tentunya, baik dari ketua panitia (Puguh Karyanto, M.Si., Ph.D) dan rektor UNS (Prof. Dr. Ravik Karsidi). Namun, sayang pak rektor tidak bisa hadir sehingga hanya diwakilkan.
Next, tentu Plenary Session.
Plenary Session dibagi lagi menjadi dua: Plenary Session I dan Plenary Session II. Seluruh peserta (yang nantinya bakalan presentasi di Parallel Session) wajib hadir dalam Plenary Session ini.
Plenary Session I diadakan di Room Skyline 88 Fl. 21. Pembicaranya yaitu Prof. Steven Gilmour dari King's College London dan Prof. Amy Cutter Mackenzie dari Southern Cross University Gold Coast, Australia. Moderatornya yaitu Prof. Budiyono dari UNS. Kedua pembicara ini masing-masing memaparkan tentang application of design of experiments dan children in the anthropocene.
Plenary Session II dipecah jadi dua juga nih di ruang Room Skyline 88 Fl. 21 dan Room Skyline 89 Fl. 22. Berhubung jurusanku itu Pendidikan, sooooo aku tetap stay di Room Skyline 88 Fl. 21. Sementara itu, peserta lain yang jurusannya non-Pendidikan, dipersilakan pindah di Room Skyline 89 Fl. 22 yang diisi oleh Prof. Sulistyo Saputro dari UNS dan Sidrotun Naim, Ph.D. dari Surya University, serta dimoderatori oleh Dr. Suryadi Budi Utomo, M.Si. Kedua pembicara tersebut membahas tentang development of green analytical method based on solid-phase spectrophotometry for ionic speciatron in natural water dan from quorum sensing to remote sensing: an approach to shrimp farming.
*sampe sini lidahku kerasa keplintir, bro*

Well, sementara itu, di ruang yang masih aku tempati (Room Skyline 88 Fl. 21) diisi oleh Prof. Bob Bucat dari The University of Western Australia dan Kathy Malone, Ph.D. dari Ohio State University dengan moderator Prof. Maridi, M.Pd. dari UNS.
Prof. Bob membahas tentang exploring pedagogical content knowledge: overcoming professional amnesia, sementara Kathy Malone, Ph.D. membahas tentang STEM reasoning and learning in biology via modeling-based activities.
Selama di Plenary Session ini, aku lebih suka dengerin dan perhatiin aja sih. Dikasih kesempatan buat bertanya tapi aku keduluan sama peserta yang lain. *halah, alesan mulu.padune ora wani takon e kok*
Aku juga malah lebih nggatekke aksen pembicara-pembicara ini. Prof. Steven kental banget dengan aksen British-nya, aku suka dengerinnya. Walaupun banyak nggak ngertinya, tapi at least aku mengenal dengan baik logat-logat orang Inggris yang kental dengan aksen British-nya yang khas itu. Prof. Bob dan Prof. Amy logat Aussie-nya juga kentara. Masih mudah dimengerti olehku (itung-itung belajar listening nih kan yaaaaa), karena tempo bicaranya sedang-sedang saja. Nah, kalo Kathy Malone, Ph.D. ini purely American. Logat Amerikanya nggak bisa disembunyikan, mana tempo bicaranya cepet banget lagiiiii kayak buroq, Yaa Allah. Otakku tergopoh-gopoh mengikuti alur dan kecepatan bicaramu, Miss Kathy. :')
Setelah Plenary Session berakhir, tibalah saatnya Parallel Session. Aku kebagian di Room Violant 3 Fl.1. Dari lantai 21 menuju lantai 1 nihhhhh. Untung ada  lift. *ojo ndeso plis, ell*
Ada 19 paper yang harus dipresentasikan. Ruang ini khusus yang lingkupnya Physics Education. *makin ngerasa salah pilih jurusan kuliah sumpah sumpah sumpah*
Masing-masing peserta diberi waktu maksimal sepuluh menit untuk presentasi. Presentasinya sendiri dibagi jadi beberapa termin yang setiap termin digunakan oleh tiga peserta untuk presentasi. *you know what I'm saying?*
Nah, setelah tiga peserta presentasi secara berturut-turut, diadakan sesi tanya-jawab selama 15 menit. Begitu pula untuk termin selanjutnya.
Aku kebagian di urutan no. 06 nih. Deg-deg-an banget, badan ngga enak, maunya pipis melulu, mana AC-nya dingin pollll busetttttt *nah kan ketok ndesone*, soooo nervous, pokoknya semua rasa bercampur menjadi satu dan tidak dapat dideskripsikan dengan cakupan kalimat demi kalimat!
Tema yang aku angkat untuk presentasi ini yaitu tentang analysis of student's answer in resolving Boyle-Gay Lussac's Law problem.


Anyway, presentasinya nggak harus pake bahasa Inggris sih (sesuai kesepakatan antara peserta dan moderator di setiap ruang). Tetapi eh tetapi, berhubung slide PPT-ku terlanjur pake bahasa Inggris, YAUDAHLAHYA aku pake bahasa Inggris juga presentasinya. Sebenernya lebih ke males aja harus translate ke bahasa Indonesia kalo presentasinya pake bahasa Indonesia.
Dan...ya....padahal aku nggak ada persiapan sama sekali untuk presentasi ini! (((Gila dan nekat emang, Ya Allah, Ell, gitu amat lau -____-)))
Bikin slide PPT aja DUA JAM sebelum aku berangkat menuju lokasi. (Anyway, rumahku itu di Klaten. Lokasi conference di Solo Baru which means it took about an hour buat sampe ke sana. Aku berangkat sekitar jam 7.30 pagi. Yap. Aku bikin PPT sekitar jam 5 subuh. The real procrastinator. The real deadliner.)
Sama sekali nggak ada persiapan presentasi seperti ngomong di depan cermin, olah bahasa tubuh (gesture), improvisasi, ngapalin monolog, dll dsb dst. SEMUANYA DADAKAN macem tahu bulat. Ya itu aku apa adanya banget. Nyeplos aja sebisa aku. Bagian opening lancar sampe bagian isi. Giliran closing aja sampe kelupaan bahasa Inggrisnya 'terima kasih atas perhatian Anda'! >_<
Konyol!
*makanyaaaaaaa laen kali persiapan yang mateng donggggggg*
Cuplikan video presentasiku kayak gini nihhhhh:



Literally, itu murni tanpa suntingan apapun, direkam langsung dengan menggunakan smartphone. Yeahhhh, generasi milennial jaman now, pasti menginginkan setiap momen penting yang tercipta dalam kehidupannya ini dapat di-capture dan di-record sebagai kenang-kenangan atau buat pamer aja ke khalayak ramai.

Beberapa dokumentasinya aku share juga, aaahhhh~
Berfoto dengan Prof. Steven Gilmour dan Kathy Malone, Ph.D.
Di photobooth nihhhhh~
Foto bersama para peserta dan moderator di Parallel Session.
Banyak hikmah yang bisa aku petik dari peristiwa ini. (((tseeeehhh, peristiwa)))
Salah satunya dan yang paling penting adalah SEGALA SESUATU HARUS DIPERSIAPKAN TERLEBIH DAHULU.
Aku ini emang cenderung suka menunda-nunda sesuatu, the deadliner, paling males kalo menyicil sesuatu. Tapi ya itu, jadinya nggak maksimal kaaaannn. Aaaaahh, nyesel kaaaannnnn. AAAAAA!
*iyaa, nyesel emang belakangan, iyaaaaaa*
YAUDAHLAHYA.
Hal menarik lainnya yang bisa aku dapatkan dari event akbar ini: semangat belajar bahasa Inggris jadi meningkat lebih dan lebih. Makin ke sini, aku makin menyadari bahwa keterampilan berbahasa, khususnya bahasa Inggris sebagai bahasa internasional, harus diasah banget banget banget. Kita bisa melihat dunia lebih luas, to be an open-minded person, dan cerdas-terampil dalam menjalani setiap sendi kehidupan, dengan berbekal bahasa Inggris yang baik. Terlepas apapun bidang minat yang kita pilih, kita semacam diharuskan untuk menguasai bahasa asing.


Sampe segini dulu cerita dari aku, guys. Kita sambung lagi di lain kesempatan, yak. Tentunya dengan kisah lain yang lebih seru, lebih epic, dan lebih lebay.
See you on my next post!

Jumat, 08 September 2017

Mendem Duren Jogja (Lagi)

Dulu udah pernah posting tentang Mendem Duren di Jogja. Sekarang posting lagi deeehhh. Mumpung aku sekarang lagi di sini. Literally, lagi ngemil-ngemil di sini sambil nulis ini. Kurang syahdu gimana sih. Mana playlist yang disetel si mas-mas ini lagunya mendayu-dayu semua dari tadi, Oh Tuhan.


Biar mencairkan suasana, aku pesenlah menu-menu yang cocok buat ngemil. Tadinya aku mo pesen pancake duren, tapi belum available. (((Yaaah, kecewa dehhhh)))
Tapiiii, jangan sedih! Masih ada opsi lainnya. Ini nihhhhh:
lumpia duren
roti bakar green tea
es cappuccino
Es cappuccino biar kerongkongannya lega setelah berpanas-panasan di siang hari yang terik ini. Rasanya yaaaa seperti cappuccino biasa laaah. Roti bakar green tea buat temen ngemil aja. Dasarnya suka green tea jadinya ya tetep aja pesennya ga neko-neko, pokoknya yang ada green tea-nya. Terus pilihan yang berkaitan sama duren jadilah kepincut sama lumpia duren. Enak semua. Cuma manisnyaaaa gak ketulungan. Lumayan laaaah buat ngganjel weteng. Dari ke semuanya ini cukup bayar 20K lohhhhh. Endessss bah!!
Sampe sini dulu yah review-nya. Singkat aja. Hehe :D
Baca-baca juga postinganku yang lain yaaa tentang tempat makan dengan harga kantong mahasiswa.
See you, guys!

Senin, 04 September 2017

Kedai Chezko Klaten

Selamat pagi menjelang siang, netizen yang budiman!
*aku nulisnya sekitar jam sebelasan nih*
Enaknya ngapain yaaahh kalo jam segini? Ngemil? Nongkrong?

Yas! Ngemil dan nongkrong sekaligus. Beberapa hari lalu aku iseng mampir ke salah satu kedai di Klaten. Kota kecil kesayanganku ini as my beloved hometown, sekarang kebanjiran kedai-kedai hits kekinian, mulai dari yang konsepnya sophisticated sampe yang classic atau kuno gitu. Komplit deh!


Kedai yang aku tongkrongi kemaren (((((tongkrongi))))) adalah Kedai Chezko. Alamat lengkapnya di Jalan Pemuda No. 86 Proliman Matahari Klaten. Kalo dari arah Solo, kedai ini ada di kanan jalan sebelum traffic light Matahari Plaza Klaten, deket banget jaraknya sekitar 10 meter dari lampu bangjo. (((Jowo tenan yaaa nyebut lampu bangjo wkwkwkk)))
Kedai ini buka dari jam 11.30 pagi sampe sekitar jam 10 malam. Pertama kali sampe yang aku lihat dari luar adalah tempatnya klasik banget. Eh, tapi begitu masuk hawa sophisticated-nya berasa deh seperti cafe-cafe pada umumnya.
Aku di sana cuma memanfaatkan wifi sebentar sambil cemal-cemil doang. Jadinya, aku cuma pesen ini deh:
Chezko Platter
Chezko Platter ini terdiri atas french fries dan sosis yang digulung pake mie terus digoreng. Tersedia saus sambal dan saus tomat. Rasanya kurang asin menurutku. Jadinya ngga gurih, terutama sosisnya. Semuanya digoreng kering, literally kering sampe bunyi kriiiuuukkkk pas digigit. French fries-nya pun juga kering banget dan kurang asin. 9K.
Milkshake Oreo
Aku adalah pecinta berat Oreo. Pokoknya segala sesuatu yang ada Oreo-nya aku pasti suka. *halah*
Di sini aku pesen milkshake. Ada campuran Oreonya yang di-blend sama susu vanilla. Terus bagian atasnya dikasih pecahan Oreo. Rasanya ngga manis. Tapi aku malah suka sama rasa milkshake yang kayak gini. Jadi cuma semu manisnya gitu. (((((semu)))))

Buat yang suka rasa milkshake pada umumnya, barangkali ngga suka sama rasa milkshake yang kayak begini. Karena beneran ngga begitu manis. Kayak minum susu Bear Brand itu, looohhhhhh. Tapi ini cukup mengenyangkan dan ngisi lambung banget. 10K.


Secara keseluruhan, to be honest untuk makanan dan minuman menurut aku kurang enak yaaaaa. Bumbunya aja yang kurang 'nendang' gitu, agak terasa hambar sedikit. Mungkin ke depannya bisa diperbaiki. Soalnya, untuk ukuran kedai, rasa adalah perkara utama. Selera konsumen harus sangat diperhatikan. Kurang satu hal kecil sedikit, rusak sudah semua rasa.
Namun, jangan sedih. Tempatnya itu cozy banget. Nyaman buat nongkrong. Ada AC-nya, jadi ga bakal kepanasan kalo AC-nya nyala. Instagrammable banget. Cocok buat yang suka nongkrong, ngemil, sekaligus swafoto lalu diunggah di sosyel medya. Plus, free wifi doooong.
Tempat parkirnya kurang luas aja, soalnya bener-bener cuma di tepi jalan bagian jalur lambat. Ada tukang parkirnya kok, jadi bisa diatur deh kendaraannya.
Sekian dulu ulasan kuliner dari aku. Mampir juga di tulisan-tulisanku yang lain mengenai dunia kuliner atau dunia makeup. Wkwkwkkk :D
See you, guys!

Stalk me on Instagram @ellizaefina