Rabu, 24 Juni 2015

I Smile Today 'Cause I Hope

Apa aku tersenyum hari ini? Ya, aku tersenyum sepanjang hari. Aku melebarkan senyuman manisku, menyunggingkan senyum simpulku, bahkan menampakkan deretan gigiku yang tidak beraturan ini. Kuakui, ada kelegaan dan perubahan suasana hati ketika aku tersenyum. Meskipun permasalahan yang ada masih saja menghadang, setidaknya dengan tersenyum hati menjadi sedikit tenang, damai, dan percikan-percikan kegembiraan bisa kurasakan.
karena dengan tersenyumlah kita jadi bahagia
Aku pernah membaca artikel yang membahas tentang manfaat senyum dalam kehidupan sehari-hari. Ternyata ini berkaitan dengan sistem metabolisme tubuh. Banyak istilah-istilah biologi atau kedokteran yang menjelaskan mengenai hubungan senyum dengan kondisi fisik. Well, anjuran untuk tersenyum ternyata bukan hanya semata-mata agar kita terlihat manis dan ramah, melainkan juga untuk kesehatan kita sendiri. Aku pun merasakan efeknya. Dengan tersenyum, apalagi senyuman manis yang tulus dan tidak dibuat-buat, suasana hati (mood) bisa berubah lebih baik. Dari yang semula BT (bad tempered) menjadi riang gembira.
I agree. I mean it.
Senyuman mampu mengantarkanku pada pikiran yang jauh lebih jernih dari sebelumnya. Pada dasarnya aku mudah sekali mood swing. Kumanfaatkan betul-betul situasi ini, kulatih dengan sungguh-sungguh agar aku bisa mengontrol mood-ku sendiri. Dengan kondisi hati yang lapang, tenang, senang, aku bisa merasakan atmosfer yang jauh lebih indah. Dengan begitu, aku bisa berpikir jernih, merenungkan kembali hal-hal yang terjadi dalam hidupku dalam kacamata positif, dan mengambil keputusan dengan kepala dingin - bukan dengan emosi yang berapi-api. Aku menjadi mudah bersyukur dan mengingat betapa banyak karunia Tuhan yang Ia turunkan untukku. Ya, bersyukur membuat segala sesuatu menjadi lebih indah dan menyenangkan.
Hanya bisa berterima kasih...
Senyum dan syukur memang dua kombinasi yang bagus. Dampaknya sungguh luar biasa. Aku sampai tak mampu berkata-kata lagi.
Satu hal, dengan senyum dan syukur aku mulai bisa kembali menggantungkan harapan. Harapan yang hanya kutujukan kepada Tuhan. Kulebarkan sayapku untuk berharap sebanyak mungkin dan tak tanggung-tanggung. Biarlah, hanya Tuhan yang tahu dan hanya kepada Tuhan aku berharap.
berharap...
Lagipula, harapan adalah satu-satunya amunisi ketika aku benar-benar dalam kondisi jatuh terpuruk seakan tak mampu untuk bangkit lagi. Kelihatannya berlebihan sekali, yah? Tapi memang begitu adanya. Dengan harapan, aku bisa menghibur diriku sendiri dan melihat kenyataan dengan kacamata lain, kacamata positif. Supaya aku tidak terus-menerus terkungkung dalam pikiran jelek yang kuciptakan sendiri.
masih ada harapan...
Setidaknya harapan ini bisa jadi penyegar dan penyemangat. Harapan bisa mengubah pikiran yang negatif menjadi jauh lebih baik. Harapan bisa menjadi pengingat yang baik, pengingat kepada Tuhan. God still exists.
tetap berharap...

Sulit Berbicara, Sulit Mengungkapkan

Betapa banyak hal yang hanya terpikir di kepala tanpa pernah diungkapkan. Ya, aku mempunyai kesulitan mengomunikasikan sesuatu yang ada di kepalaku kepada orang lain. Meskipun sebagian orang berpendapat bahwa aku adalah sosok yang lihai berbicara, kenyataannya di sisi lain aku malah tidak bisa mengungkapkan perasaan dan pikiran pribadiku. Entahlah. Menurutku ini tak mudah.
Sisi pribadi merupakan hal yang teramat privasi bagiku. Tak jarang aku merasa kesulitan untuk mengungkapkan kebenaran yang ada di pikiranku, tak jarang aku membuat orang lain berspekulasi dan membuat prasangka yang jauh dari apa yang kusampaikan, tak jarang kesalahpahaman terjadi antara aku dengan orang-orang, tak jarang semua hal yang semestinya sederhana saja malah menjadi kompleks adanya.
I admit, I mean it, really.
Karena itulah pada akhirnya aku memilih untuk diam. Diam dalam arti tak berbicara apapun mengenai hal pribadiku - perasaanku, pikiranku - yang sesungguhnya. Aku hanya mengungkapkan ke permukaan sebagian kecilnya. Semacam gunung es. Sehingga, segalanya yang kutampakkan itu hanya sebagian kecil hal yang ada dalam diriku. Aku enggan mengonfirmasi dan menyatakan hal yang sesungguhnya terjadi dalam diriku karena aku sendiri merasa kesulitan untuk menyampaikannya. Jadi, aku memilih untuk diam and let it go. Kubiarkan semuanya menjadi hal seperti hanya-aku-dan-Tuhan-yang-tahu. Tapi ternyata ini adalah ide yang buruk.
Stay strong, Ell.
Hal yang kulakukan itu malah menjadi bumerang untukku sendiri. Saking banyaknya hal yang tak terungkapkan, saking sesaknya pikiran, semua hal yang berkecamuk itu akhirnya meledak. Blar!
Apa yang bisa kulakukan? Menangis. Hanya itu. Bahkan untuk berbicara lagi pun sudah tak sanggup. Berat sekali kepala ini rasanya. Serasa dunia ini mengguncangkanku untuk kemudian menghempaskanku ke dasar bumi. Sakit di kepala, sakit di hati. Remuk semua. Ini akibat kelakuanku yang setengah-setengah, setengah menutupi, setengah lagi memperlihatkan. Orang bilang ini galau. Ah, tidak. Lebih dari galau. Ini penyakit jiwa. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Bicara kepada orang terdekatku saja sulit, apalagi kepada orang lain yang benar-benar orang lain. Yang kulakukan selama ini hanya sebatas menguatkan diriku sendiri. Lebih tepatnya berpura-pura kuat. Aku enggan berbicara kepada orang lain. Aku tak mau dihakimi, tak mau dikritik. Aku hanya ingin didengar. Namun, sepertinya tak ada orang yang benar-benar mau mendengarku. Semua orang sama. Pada akhirnya mereka menghakimiku.

Sabtu, 20 Juni 2015

Enggak Jelas ----- (Jangan Dibaca Kalo Nggak Mau Nyesel)

Pernah nggak sih kamu ngerasa kosong, stuck, nggak ngerti harus gimana lagi, jatuh ke lubang paling dalam di seantero galaksi ini, dan bener-bener ngerasa jadi makhluk yang paling lemah tak berdaya?
Kalo aku sih pernah. Sekarang. Haha.
Really! Kalo aku lagi nggak ngerasa absurd kayak gini, nggak mungkin aku menciptakan tulisan ini. Mana di-publish di tempat umum begini pula. Semacam mempertontonkan aib kepada dunia luar. Ah, biarlah. Yaudahlahyaaaaa. Iseng-iseng doang. Biar kata hati ini plong begitu. Kasihan, dari kemarin-kemarin hatinya terluka melulu. *curhat*
Aku sekarang sedang berada di fase yang-sungguh-amat-sangat-teramat-absurd-nggak-jelas gitu deh. Aku nggak tau ini apa. Dibilang mood swing, jelas banget. Dibilang labil, bisa jadi. Dibilang galau, mungkin iya. Dibilang gila, amit-amit!
Pokoknya suasana hatiku amburadul sekali.
Salah satu penyebabnya adalah siklus bulanan yang sedang kujalani. Kodrat wanita sih. Oh, yeah, menstruasi itu serasa membunuhku. Membunuh mood lebih tepatnya. Hari-hari menjelang si bulan ini datang (sebut saja pre-menstruate syndrome alias PMS) suasana hati bener-bener bergejolak. Dan tentu saja mood swing ini menyerang dengan membabi buta. Lagi seneng, lima detik kemudian bisa nangis tanpa sebab, abis itu ketawa-ketawa lagi. Aku curiga jangan-jangan ini adalah salah satu symptom gangguan jiwa. OH, NOOOOOOOOOO!!!!!
Bfffttt, ato emang dasar akunya aja yang terlalu mendramatisir? Hmm, kebiasaan sihhh, sok-sokan jadi queen of drama gitu. Akhirnya malah nggak jelas gini. Oh, please, grow up, Ell! Luarnya aja udah dewasa kek tante-tante, dalemnya nggak beda ama balita yang masih suka ngempeng. -__-
(Oh, shit, aku terlalu berlebihan yang mendeskripsikan. Ralat deh.)
Luarnya aja kelihatan dewasa, dalemnya masih kayak anak kecil.
(Nah, itu lebih baik.)
Well, aku jadi lupa mo nulis apa nih.
Emmmmm.................................... Oh, iyaaaaa, tentang ke-enggak-jelas-an suasana hatiku.
Ehmm, kayaknya udahan aja deh nulisnya. Mendadak nggak mood nulis gitu deh. Hehe.
Sumpah, ini super nggak jelas banget. Emang.

Rabu, 10 Juni 2015

Sepatah Dua Patah Kata Atas Kegagalanku

Sore ini aku memandangi langit biru bersemu merah yang terbentang di ufuk barat sana. Sesekali kulihat gunung kokoh yang menjulang, sawah-sawah yang menghijau, pepohonan rindang yang menyejukkan mata (dan perasaan), dan kunikmati sepoi angin yang menyentuh wajahku perlahan. Tak ketinggalan pula setelan lagu-lagu band favoritku - Evanescence kumainkan untuk mengimbangi suasana hatiku.

Aku menikmati momen ini sambil berjalan-jalan di kebun samping rumah sehingga aku leluasa untuk bergerak. Ditemani dua ekor kucing kembarku pula. Jadi, sembari menikmati suasana sore yang bagiku absurd sekali tapi entahlah, aku bisa bermain bersama mereka; mengelus-elus bulu di tubuh mereka sampai mereka merasa nyaman keenakan; menyaksikan mereka saling gigit, saling cakar, saling berantem. Oh, sungguh kenikmatan mana lagi yang aku dustakan?

Sebenarnya aku hanya memanfaatkan momen untuk melupakan kenyataan yang terpampang di depan mataku barang sejenak. Aku sedang dalam keadaan yang tidak baik-baik saja, meskipun aku selalu meyakinkan bahwa "aku baik-baik saja". Aku selalu mengatakan dan menjelaskan kepada siapapun yang menanyakan kabarku bahwa aku baik-baik saja, I'm fine, I'm very well, I'm okay. Aku berterima kasih juga atas upaya mereka membesarkan hatiku. Akan tetapi, aku tahu, jauh di lubuk hatiku aku sungguh merasa terpukul. Ini berat, menyesakkan, menyakitkan, dan mengecewakan. Karena bukan hanya aku yang merasa kecewa terhadap diriku-sendiri, ada kedua orangtuaku. Mereka berdua sempat berpengharapan besar pula dan turut membantuku dengan doa-doa yang telah terpanjat. Kuakui, ini berat. Ini bukan yang pertama kali aku merasakan kegagalan dalam hal yang sama. Ini kedua kalinya. Sekaligus terakhir kalinya. Namun, rasa ini tidak seremuk rasa yang menimpaku saat pertama kali aku gagal tempo lalu.

Aku tidak menangis, sungguh. Aku sama sekali tidak meneteskan air mata. Mungkin aku sudah kebal dari rasa ini. Oh, barangkali bukan mataku yang menangis, melainkan hatiku. Tapi, ah, sudahlah.

Aku belajar banyak. Sangat banyak. Satu hal yang bisa kuambil hikmahnya dari peristiwa ini: ikhlas. Bukan hal mudah, kuakui itu. Namun, bila aku tak menerapkan keikhlasan itu, bukankah itu justeru akan mempersulitku? Jadi, kuputuskan untuk tetap berdiri anggun dengan senyum manis untuk tegar menghadapi kenyataan, sehingga bukan sekadar memalingkan wajah dari kenyataan, apalagi untuk menghindar atau lari dari kenyataan.

Well, Maghrib datang juga. Saatnya masuk ke rumah. Hatiku sudah tertata. Aku ahli dalam memanipulasi perasaan. Kumanfaatkan betul-betul kemampuanku yang satu ini. Entah ini termasuk kemampuan atau kelainan. Yang jelas hal ini sudah menjadi bagian dari diriku. Mood swing dalam waktu singkat sudah menjadi hal biasa bagiku. Semoga setelah aku menyunggingkan senyuman manis, tangisan atas dasar apapun itu tidak akan pernah hadir. Semoga.

*catatan ini kutulis di memo dalam Blackberry-ku saat senja tadi dan baru kusalin malam ini

Evanescence - Sick

Embrace the silence
'Cause there's nothing that can change the way I feel
Taken all that you wanted
Now there's nothing that can change the way I feel
Hold on, little girl
The end is soon to come

Sick of it all, sick of it all
We will not follow
Sick of it all, sick of it all
The don't understand how
Sick we are, sick we are
Of this bottomless pit of lies
Behind closed eyes

Oceans between us
And there's nothing that can change the way I feel
I can still taste the poison
Of every thought, every breath I wasted here
Hold on, little girl
The end is soon to come


Sick of it all, sick of it all
We will not follow
Sick of it all, sick of it all
The don't understand how
Sick we are, sick we are
Of this bottomless pit of lies
Behind closed eyes

Someday you'll know the pain
Someday the light will break through
And nothing yiu tell yourself will save us from the truth
Screaming out

Sick of it all, sick of it all
We will not follow
Sick of it all, sick of it all
The don't understand how
Sick we are, sick we are
Of this bottomless pit of lies
Behind closed eyes

Selasa, 09 Juni 2015

Banyu Mili Ponggok

Halo, halo, para netizen yang budiman!
Mumpung lagi pengen renang, aku sama adekku kali ini nyobain renang di Banyu Mili yang ada di Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten sing BERSINAR salawase.
Rutenya gampang banget. Dari Umbul Ponggok ke utara mentok belok kanan, udah ikutin jalan aja sekitar 200 meter. Nanti Banyu Mili ada di kiri jalan. Jelas kan? Kalo masih bingung, sini aku hipnotis dulu deh. Ngahahahaa =D
Tapi maaf beribu maaf aku nggak bisa nampilin gambar-gambar kolamnya. Kenapa? Karena eh karena kelupaan mo foto-foto, keasyikan renang. -______-
Kalo mo ambil foto-foto dari tante Google, kurang greget aja gitu. Jadi, gapapa deeehh yaaaa. Here I describe.
Di Banyu Mili terdapat beberapa kolam yang mostly diperuntukkan bagi anak-anak. Ada 3 kolam untuk anak yang dalemnya kurang dari satu meter. Sementara untuk kolam dewasa cuma ada satu. Itupun dalemnya 3 meter, mak. -_____- *udah jelas banget gak bisa napak kakinya*
But it's okay, bisa sewa ban kalo berkenan. Kalo yang pede renang dan udah expert, silakan deh mo pethakilan kayak gimana mah dipersilakan. Kalo aku pribadi, berhubung kemampuan renangnya masih amat sangat super duper amatir, jadinya renangnya di tepian kolam aja biar deket sama tiang mendatar buat pegangan kalo sewaktu-waktu terjadi hal yang memalukan, kehilangan keseimbangan kemudian kelelep misalnya. -_____- Aku kayak gini cuma karena satu hal: kakinya gak bisa napak ke dasar kolam. Makanyaaaa beraninya cuma di pinggir-pinggir kolam aja. Mencegah itu lebih baik kok. Hahaaa =D *ngeles*
Selain menyediakan kolam renang, Banyu Mili juga sedia kedai makan dan pemancingan. Konsepnya dibikin ada gazebo-gazebo gitu. Gazebonya didirikan di atas kolam ikan. Jadi, sembari makan, kita bisa lihat ikan-ikan yang ada di bawah kita. Plus kalo mo mancing, tinggal bilang deh ke petugasnya, nanti disediakan umpan dan alat pancingnya.
Nah, sebelum renang, aku dan adekku menyempatkan untuk makan dulu. Menunya sih macem-macem, tapi kami pilih yang mainstream aja. Hahaa =D
Anyway, kalo urusan makanan selalu aja gak lupa didokumentasikan. -_____-
simpel dan apa adanya banget
Lele bakar 1/2 porsi, terdiri atas 4 ekor lele, harga 19,5k.
Lalap + Sambal, 4k.
Nasi kecil, 8,5k.
Dari gambarnya sih keliatan dikit banget ya. Tapi setelah dimakan, kenyang juga kami berdua.
Makanannya sih enak, bumbunya berasa, tempatnya bersih, dan pelayanannya juga bagus.
es jeruk
Minuman paling mainstream. Es jeruk pesenannya adekku. 3k.
pop ice
Pop Ice Strawberry. Minumanku kayak jajanan es anak-anak deh. 4k.
Untuk menambah gambaran tentang Banyu Mili, aku sajikan dua gambar berikut:
view di sekitar gazebo
di bagian depan dekat pintu utama
Well, seperti itulah ulasan mengenai Banyu Mili berdasarkan versiku.
Sampai jumpa di ulasan-ulasan lainnya, yah.
See you, guys!

About The Advice

I love the advices. I love being advised and to advise. Of course by the proper way, not at random.
I just wonder why some people advising others in an improper way like they don't have their own sentiment. Everyone has their self-esteem and dignity, right? But people who-give-advices-like-they-are-perfect-one are the most arrogant human in the world.

I always remember Imam Syafi'i's quote as follows:
quote
quote
Clear enough.
If we wanna give some advices to others, it's better to do in proper way. So, we won't hurt other's feeling. Talking face to face or in a private chat is the best way to advise. Not in the public.

Sabtu, 06 Juni 2015

Evanescence - Taking Over Me

You don't remember me but I remember you
I lie awake and try so hard not to think of you
But who can decide what they dream
And dream I do

I believe in you
I'll give up everything just to find you
I have to be with you to live
To breath
You're taking over me

Have you forgotten all I know
And all we have
You saw me mourning my love for you
And touched my hand
I knew you loved me then


I believe in you
I'll give up everything just to find you
I have to be with you to live
To breath
You're taking over me

I look in the mirror and see your face
If I look deep enough
So many things inside that just frighten you are taking over

I believe in you
I'll give up everything just to find you
I have to be with you to live
To breath
You're taking over me

I believe in you (I believe in you)
I'll give up everything just to find you
I have to be with you to live
To breath
You're taking over me
(Taking over me)
You're taking over me
(Taking over me)
Taking over me

Overthinking - Terlampau Berlebihan dalam Berpikir

"Aku tak mau menunggu lagi. Menunggu membuatku kesal. Itu hanya membuang-buang waktu. Aku tak ingin waktuku sia-sia hanya karena menunggu terlalu lama. Bagaimana bila penantianku pada akhirnya tak membawa hasil? Bukankah itu hanya akan mengecewakanku?"

"Sudah dua puluh menit pesananku tak juga datang. Apa pelayannya lupa? Pesananku 'kan sederhana saja, sepiring nasi ayam goreng dengan sambal bawang dan segelas es lemon tea. Selama itukah penyajiannya? Huh, benar-benar pelayanan yang tak profesional. Membuat kesal pelanggan adalah hal terburuk!"

"Sesungguhnya aku ingin sekali mengikuti ajakan kawanku untuk mendaki gunung. Merbabu. Ya, gunung yang setiap hari dapat kulihat di depan rumahku, namun sayangnya aku sama sekali belum pernah menjejakkan kaki di sana. Sayang sekali. Ide kawanku untuk mengajakku ke sana sebenarnya adalah ide bagus. Tentu ini akan jadi pengalaman baru bagiku. Tapi, aku takut. Kalau aku meminta izin kedua orangtuaku, sudah tentu aku tidak diizinkan. Belum lagi nanti pasti menerima omelan ini lah, itu lah. Haaahh, aku enggan sekali mendengarnya. Lagipula aku juga tidak memiliki persiapan yang matang untuk mendaki gunung. Tas, sepatu, sleeping bag, tenda, atau peralatan kecil-kecil yang dibutuhkan selama pendakian. Ah, repot sekali."

"Teman sekelasku itu menyebalkan sekali. Ia hanya menghubungiku di saat ia butuh. Untuk membantunya menerjemahkan essay berbahasa Inggris itu. Kenapa tidak ia coba untuk menerjemahkan sendiri sih? Merepotkanku saja! Waktuku menjadi tersita begitu saja."

"Mereka kalau berkumpul kenapa selalu berbisik-bisik yah? Apa mereka membicarakanku? Takut kalau terdengar olehku? Aku salah apa sih? Oh, mungkin karena aku jarang bergaul dengan mereka atau tingkahku yang antisosial inilah penyebabnya."

"Berkumpul dengan teman-teman lelaki sebenarnya adalah hal bagus. Terkadang ini bisa jadi moodbooster bagiku. Namun, satu hal yang aku tak suka: candaan mereka. Sama sekali tak berperasaan! Menyakitkan! Mereka seperti tak punya hati, tak bisa menghargai perasaan orang lain."

"Aku tak suka bila harus menjalin hubungan jarak jauh dengan kekasihku. Jarak seakan menjadi benteng pemisah yang nyata bagiku. Aku takut nanti ia berbagi cintanya. Di saat aku di sini mengkhawatirkan dirinya, di sana ia malah bercengkerama dengan perempuan lain yang aku tak tahu siapa. Aku tak ingin itu terjadi. Apalagi di saat ia lama sekali membalas BBM-ku. Beribu prasangka berkelebat di pikiranku. Apa yang sedang dilakukannya di sana? Jangan-jangan ia sedang menikmati secangkir kopi di kedai ditemani seorang perempuan. Oh, sial!"

"Seorang temanku suatu kali pernah menceritakan tentang salah satu kelakuan burukku, tapi ia tidak mengatakan secara detil kelakuan apa yang telah kulakukan. Ini sungguh membuatku bertanya-tanya. Seakan-akan kelakuan burukku itu sudah menjadi konsumsi publik. Bagaimana ia bisa tahu? Kalau dia tahu, kenapa ia tidak mengatakan secara gamblang saja kepadaku, di hadapanku? Menyebalkan sekali!"

"Aku tak akan pergi ke mana-mana. Percuma menjelaskan. Yang ada di pikiran mereka, aku hanya tak tahu diri. Sudahlah, memang lebih baik aku tetap berdiam diri di rumah. Lagipula bila aku tetap pergi, selama perjalanan atau di tempat tujuan aku hanya ditelepon atau di-SMS. Lalu buat apa mereka mempercayaiku? Sia-sia saja."

"Aku suka sekali stalking. Sebenarnya aku tahu pada akhirnya aku akan merasa iri, sakit hati, bahkan merasa jengkel dengan mereka. Mereka inilah orang-orang yang bagiku menyebalkan. Entahlah. Gaya pamer mereka itu loh. Sok bangeeeetttt! Aku tak berniat untuk menyaingi, apalagi berupaya untuk 'menjadi' seperti mereka. Merugikan identitasku!"

"Hampir setahun semenjak aku resmi menyandang predikat sebagai sarjana. Sampai sekarang aku belum menjadi pegawai pemerintahan seperti yang diidam-idamkan orangtuaku. Kucoba untuk melamar pekerjaan sebagai karyawan swasta, dilarang. Sebagai pekerja lepas, semakin terlarang! Apalagi pekerjaan sampingan kecil-kecilan seperti menjadi tentor atau penulis lepas, hanya membuang-buang waktu dan tenaga, pikir mereka. Aku merasa terjebak dalam lingkaran setan. Haruskah aku terus-terusan seperti ini sampai nanti yang aku pun tak tahu kapan? Rasa-rasanya berbicara pun sia-sia. Kapan suaraku didengar? Yang ada aku nanti hanya akan menerima omelan, nasihat, petuah yang aku tak paham maksudnya. Itu yang membuatku enggan bicara. Percuma."

inilah yang sedang kualami
Rentetan peristiwa di atas bukan fiktif belaka. Haha =D
Semua terinspirasi dari kisah nyata. Itu adalah beberapa kejadian yang pernah singgah di pikiranku. (Well, aku malah mengungkap ketidakberesan pikiranku kalau seperti ini caranya -____-)
Tapi, ini gila sekali! Maksudku, ini seperti bagian dari pikiranku yang lain. Aku tak tahu mengapa ini bisa terjadi dalam hidupku. Aku memiliki kecenderungan untuk berpikir yang berlebihan, bahkan imajinasiku terlalu liar, terbayang akan sesuatu yang sangat mustahil. Sampai-sampai hal ini sangat mengacaukanku. Kekhawatiran-kekhawatiran yang terpikir olehku pada akhirnya memang tidak terjadi, tidak nyata, hanya ilusi yang kuciptakan sendiri. Oh, Tuhan... Sakit sekali rasanya. Apa yang sakit? Otak dan hatiku.
kebiasaan berpikirku
Sering sekali aku berprasangka tentang orang lain dan tentang diriku-sendiri. Meskipun di lisan aku selalu meyakinkan bahwa 'semua baik-baik saja' atau 'nanti tidak seperti itu kok', di dalam pikiranku terbersit juga hal-hal buas yang mengancam kehidupan riilku. Aku bingung dengan aku sendiri. Semacam ada pertentangan batin antara yang telah kuucapkan dengan yang telah kupikirkan.
ini saran yang baik untukku
Ke-lebay-an berpikirku berawal dari rasa berharapku dan kekecewaanku. Keduanya saling berpadu. Aku mengharapkan tentang sesuatu, tetapi aku takut sesuatu itu tidak berjalan secara semestinya sehingga yang aku peroleh hanya kekecewaan. Ibarat aku ingin sekali melangkahkan kaki untuk maju, namun berbagai perasaan dan perkiraan itu menuntunku untuk mundur agar aku tidak tersandung, terjatuh, terjerembab, dan lain-lain. Seperti itu.
dan ini benar-benar masukan yang sangat sangat sangat baik untukku
*menghela napas panjang*
Semakin ke sini aku pun semakin paham bahwasanya yang aku perlukan hanyalah just breathe dan go with the flow. Selama ini aku hanya dipermainkan oleh pikiran yang kuciptakan sendiri. Padahal itu tidak terjadi di dunia nyata. Aku melebih-lebihkan. Oh, sungguh aku merugikan diriku-sendiri karena pikiranku sendiri. Aku harus belajar banyak. Belajar untuk mengendalikan pikiran. Dan perasaan. Semoga aku bisa menapaki jalan yang jauh lebih baik. Aamiin.

Rabu, 03 Juni 2015

Evanescence - Never Go Back

Everything is so dark
And I know there's something wrong
But I can't turn the light on
I that split second change
When you knew we couldn't hold on
I realized I lived to love you

Save yourself
Don't look back
Tearing us apart until it's all gone
The only world I've ever known sleeps beneath the waves
But I remember

I won't give up on you
I can feel you in my heart just show me the way
I don't belong here alone
I can still see your face
Where it's burned into my mind I die every time
I close my eyes you're always there


Save yourself
Don't look back
Tearing us apart until it's all gone
The only world I've ever known sleeps beneath the waves
But I'm the one who's drowning
Without your love
I'm lost and I can never go back home

All across the ocean
We are calling
Calling
Are you there?
Nothing left for me till I find you
Because it's all gone
The only world I've ever known sleeps beneath the waves
But I'm the one who's drowning
Without your love
I'm lost and I can never go back
I can never go back home

Worth The Wait

I'm tired. I admit it. I'm tired of being like this. Stuck, nothing, empty. I'm bored, really bored. I need something new. I hate routine. Everything I do everyday are just washing the dishes, washing clothes, ironing the clothes, cooking meals, sweeping floor, sweeping backyard, watching movies, surfing in the internet, blogging, listening to the (random) music, reading books, writing something in the diary, having conversation with my parents, my brother, sometimes with my friends or my lovey, chatting with my lovey or my friends or whatever via BBM, WA, FB messenger, and the most I do is expecting the absurd thing. Oh, one more: praying to God for whatever happens in my life. I talk to God. Yeah, I talk to God about my life, about the truth in my life.
I confess, it's boring totally. All I did is just to wait for something. Destiny. To work or continue the study. I don't know. I just try to obey the rules from my parents. Try to be a good girl, nice daughter, cheerful sister, convenient lover, and ordinary woman although I want to be an incredible angel. I want to break free to be me, the real me. I wanna find myself. But I'm trapped. What can I do? I can do nothing. It sucks. Just let it by the flow? Huh, I've been doing it since I graduated from the university. Ehm, perhaps this is the thing I should take. No more regrets. Just face the truth. Obey the rules. Wait the result patiently. Hope that it will be worth the wait.