Rabu, 24 Juni 2015

Sulit Berbicara, Sulit Mengungkapkan

Betapa banyak hal yang hanya terpikir di kepala tanpa pernah diungkapkan. Ya, aku mempunyai kesulitan mengomunikasikan sesuatu yang ada di kepalaku kepada orang lain. Meskipun sebagian orang berpendapat bahwa aku adalah sosok yang lihai berbicara, kenyataannya di sisi lain aku malah tidak bisa mengungkapkan perasaan dan pikiran pribadiku. Entahlah. Menurutku ini tak mudah.
Sisi pribadi merupakan hal yang teramat privasi bagiku. Tak jarang aku merasa kesulitan untuk mengungkapkan kebenaran yang ada di pikiranku, tak jarang aku membuat orang lain berspekulasi dan membuat prasangka yang jauh dari apa yang kusampaikan, tak jarang kesalahpahaman terjadi antara aku dengan orang-orang, tak jarang semua hal yang semestinya sederhana saja malah menjadi kompleks adanya.
I admit, I mean it, really.
Karena itulah pada akhirnya aku memilih untuk diam. Diam dalam arti tak berbicara apapun mengenai hal pribadiku - perasaanku, pikiranku - yang sesungguhnya. Aku hanya mengungkapkan ke permukaan sebagian kecilnya. Semacam gunung es. Sehingga, segalanya yang kutampakkan itu hanya sebagian kecil hal yang ada dalam diriku. Aku enggan mengonfirmasi dan menyatakan hal yang sesungguhnya terjadi dalam diriku karena aku sendiri merasa kesulitan untuk menyampaikannya. Jadi, aku memilih untuk diam and let it go. Kubiarkan semuanya menjadi hal seperti hanya-aku-dan-Tuhan-yang-tahu. Tapi ternyata ini adalah ide yang buruk.
Stay strong, Ell.
Hal yang kulakukan itu malah menjadi bumerang untukku sendiri. Saking banyaknya hal yang tak terungkapkan, saking sesaknya pikiran, semua hal yang berkecamuk itu akhirnya meledak. Blar!
Apa yang bisa kulakukan? Menangis. Hanya itu. Bahkan untuk berbicara lagi pun sudah tak sanggup. Berat sekali kepala ini rasanya. Serasa dunia ini mengguncangkanku untuk kemudian menghempaskanku ke dasar bumi. Sakit di kepala, sakit di hati. Remuk semua. Ini akibat kelakuanku yang setengah-setengah, setengah menutupi, setengah lagi memperlihatkan. Orang bilang ini galau. Ah, tidak. Lebih dari galau. Ini penyakit jiwa. Aku tak tahu harus bagaimana lagi. Bicara kepada orang terdekatku saja sulit, apalagi kepada orang lain yang benar-benar orang lain. Yang kulakukan selama ini hanya sebatas menguatkan diriku sendiri. Lebih tepatnya berpura-pura kuat. Aku enggan berbicara kepada orang lain. Aku tak mau dihakimi, tak mau dikritik. Aku hanya ingin didengar. Namun, sepertinya tak ada orang yang benar-benar mau mendengarku. Semua orang sama. Pada akhirnya mereka menghakimiku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar