Senin, 23 November 2015

Hakikat dan Prinsip Penyusunan RPP

Alohaaaaa~
Selamat datang di blog absurd saya tercinta, para pembaca blog yang budiman.
Kali ini aku mau melanjutkan postinganku mengenai RPP. Sebelumnya aku ngeposting tentang komponen dan sistematika RPP. Nah, sekarang aku menulis tentang hakikat RPP dan prinsip penyusunannya.
Tulisanku ini tetap mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Langsung aja yuk kita capcus~
Tahap pertama dalam pembelajaran yaitu perencanaan pembelajaran yang diwujudkan dengan kegiatan penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Apa sih hakikat RPP ini? Mari kita simak baik-baik.
RPP merupakan rencana pembelajaran yang dikembangkan secara rinci mengacu pada silabus, buku teks pelajaran, dan buku panduan guru. RPP mencakup: (1) identitas sekolah/madrasah, mata pelajaran, dan kelas/semester; (2) alokasi waktu; (3) KI, KD, indikator pencapaian kompetensi; (4) materi pembelajaran; (5) kegiatan pembelajaran; (6) penilaian; dan (7) media/alat, bahan, dan sumber belajar.
Setiap guru di setiap satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP untuk kelas di mana guru tersebut mengajar (guru kelas) di SD/MI dan untuk guru mata pelajaran yang diampunya untuk guru SMP/MTs, SMA/MA, dan SMK/MAK. Pengembangan RPP dilakukan sebelum awal semester atau awal tahun pelajaran dimulai, namun perlu diperbaharui sebelum pembelajaran dilaksanakan.
Pengembangan RPP dapat dilakukan oleh guru secara mandiri dan/atau berkelompok di sekolah/madrasah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh kepala sekolah/madrasah.
Pengembangan RPP dapat juga dilakukan oleh guru secara berkelompok antarsekolah atau antarwilayah dikoordinasi, difasilitasi, dan disupervisi oleh dinas pendidikan atau kantor kementerian agama setempat.
Prinsip penyusunan RPP dijabarkan sebagai berikut:
  1. Setiap RPP harus secara utuh memuat kompetensi dasar sikap spiritual (KD dari KI-1), sosial (KD dari KI-2), pengetahuan (KD dari KI-3), dan keterampilan (KD dari KI-4).
  2. Satu RPP dapat dilaksanakan dalam satu kali pertemuan atau lebih.
  3. Memperhatikan perbedaan individu peserta didik. RPP disusun dengan memperhatikan perbedaan kemampuan awal, tingkat intelektual, minat, motivasi belajar, bakat, potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik.
  4. Berpusat pada peserta didik. Proses pembelajaran dirancang dengan berpusat pada peserta didik untuk mendorong motivasi, minat, kreativitas, inisiatif, inspirasi, kemandirian, dan semangat belajar, menggunakan pendekatan saintifik meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, menalar/mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
  5. Berbasis konteks. Proses pembelajaran yang menjadikan lingkungan sekitarnya sebagai sumber belajar.
  6. Berorientasi kekinian. Pembelajaran yang berorientasi pada pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, dan nilai-nilai kehidupan masa kini.
  7. Mengembangkan kemandirian belajar. Pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk belajar secara mandiri.
  8. Memberikan umpan balik dan tindak lanjut pembelajaran. RPP memuat rancangan program pemberian umpan balik positif, penguatan, pengayaan, dan remedi.
  9. Memiliki keterkaitan dan keterpaduan antarkompetensi dan/atau antarmuatan. RPP disusun dengan memperhatikan keterkaitan dan keterpaduan antara KI, KD, indikator pencapaian kompetensi, materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, penilaian, dan sumber belajar dalam satu keutuhan pengalaman belajar. RPP disusun dengan mengakomodasikan pembelajaran tematik, keterpaduan lintas mata pelajaran, lintas aspek belajar, dan keragaman budaya.
  10. Memanfaatkan teknologi dan informasi. RPP disusun dengan mempertimbangkan penerapan teknologi informasi dan komunikasi secara terintegrasi, sistematis, dan efektif sesuai dengan situasi dan kondisi.
Yeyeyeyeyyyy, demikianlah penjabaran dari hakikat RPP dan prinsip penyusunan RPP. Semoga bermanfaat yaaakkk untuk kemaslahatan umat. Muahahahaaaa :D
See you on my next post, guys!

Komponen dan Sistematika RPP (Rencana Pelaksanaan Pembelajaran)

Hello~
Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat petang, selamat malam, selamat fajar (tergantung kapan Anda sekalian menyambangi blog absurd ini).
Kali ini aku akan menuliskan sebuah catatan mengenai 'komponen dan sistematika RPP'. As we know, RPP merupakan kebutuhan primer untuk para pendidik sebelum melakukan aksinya di dalam kelas (baca: ngajar). Jadi, para guru itu kalo ngajar juga ada landasannya, gak ngasal ngajar gitu. Ada perencanaannya. Perencanaan ini penting supaya kita tahu langkah-langkah kita dalam melakukan proses pembelajaran dan tahu cara yang tepat dalam memberikan treatment kepada siswa. Toh terkadang pada realitanya, guru mendapati beberapa error dalam pembelajaran meski sudah direncanakan matang-matang dalam RPP. Nah gimana nasibnya coba kalo tanpa RPP? Tak terdefinisi maybe.
Tulisanku berikut mengacu pada Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia No. 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah. Aku memfokuskan pada bagian RPP-nya. Oke fix. Lanjoooottttttt~
Komponen-komponen RPP secara operasional dapat dijabarkan sebagai berikut:
~   Sekolah
~   Mata Pelajaran
~   Kelas/Semester
~   Alokasi Waktu
~   A. Kompetensi Inti (KI)
~   B. Kompetensi Dasar (KD)
          1. KD pada KI-1
          2. KD pada KI-2
          3. KD pada KI-3
          4. KD pada KI-4
~   C. Indikator Pencapaian Kompetensi
          1. Indikator KD pada KI-1
          2. Indikator KD pada KI-2
          3. Indikator KD pada KI-3
          4. Indikator KD pada KI-4
~   D. Materi Pembelajaran
~   E. Kegiatan Pembelajaran
     1. Pertemuan Pertama: (...JP)
         a. Kegiatan Pendahuluan
         b. Kegiatan Inti
             * Mengamati
             * Menanya
             * Mengumpulkan informasi/mencoba
             * Menalar/mengasosiasi
             * Mengomunikasikan
         c. Kegiatan Penutup
     2. Pertemuan Kedua: (...JP)
         a. Kegiatan Pendahuluan
         b. Kegiatan Inti
             * Mengamati
             * Menanya
             * Mengumpulkan informasi/mencoba
             * Menalar/mengasosiasi
             * Mengomunikasikan
         c. Kegiatan Penutup
     3. Pertemuan Seterusnya
~   F. Penilaian, Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
         1. Teknik Penilaian
         2. Instrumen Penilaian
             a. Pertemuan Pertama
             b. Pertemuan Kedua
             c. Pertemuan Seterusnya
         3. Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
             Pembelajaran remedial dilakukan segera setelah kegiatan penilaian
~   G. Media/Alat, Bahan, dan Sumber Belajar
     1. Media/Alat
     2. Bahan
     3. Sumber Belajar
Pada setiap KD dikembangkan indikator atau penanda. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-1 dan KI-2 dirumuskan dalam bentuk perilaku umum yang bermuatan nilai dan sikap yang gejalanya dapat diamati sebagai dampak pengiring dari KD pada KI-3 dan KI-4. Indikator untuk KD yang diturunkan dari KI-3 dan KI-4 dirumuskan dalam bentuk perilaku spesifik yang dapat diamati dan terukur.
Pada kegiatan inti, kelima pengalaman belajar tidak harus muncul seluruhnya dalam satu pertemuan tetapi dapat dilanjutkan pada pertemuan berikutnya, tergantung cakupan muatan pembelajaran. Setiap langkah pembelajaran dapat digunakan berbagai metode dan teknik pembelajaran.
Berikut langkah penyusunan RPP:

  1. Pengkajian silabus meliputi: (1) KI dan KD; (2) materi pembelajaran; (3) proses pembelajaran; (4) penilaian pembelajaran; (5) alokasi waktu; dan (6) sumber belajar;
  2. Perumusan indikator pencapaian KD pada KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4;
  3. Materi pembelajaran dapat berasal dari buku teks pelajaran dan buku panduan guru, sumber belajar lain berupa muatan lokal, materi kekinian, konteks pembelajaran dari lingkungan sekitar yang dikelompokkan menjadi materi untuk pembelajaran reguler, pengayaan, dan remedial;
  4. Penjabaran kegiatan pembelajaran yang ada pada silabus dalam bentuk yang lebih operasional berupa pendekatan saintifik disesuaikan dengan kondisi peserta didik dan satuan pendidikan termasuk penggunaan media, alat, bahan, dan sumber belajar;
  5. Penentuan alokasi waktu untuk setiap pertemuan berdasarkan alokasi waktu pada silabus, selanjutnya dibagi ke dalam kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup;
  6. Pengembangan penilaian pembelajaran dengan cara menentukan lingkup, teknik, dan instrumen penilaian, serta membuat pedoman penskoran;
  7. Menentukan strategi pembelajaran remedial segera setelah dilakukan penilaian; dan
  8. Menentukan media, alat, bahan dan sumber belajar disesuaikan dengan yang telah ditetapkan dalam langkah penjabaran proses pembelajaran.

Well, itu tadi penjabaran mengenai komponen RPP dan sistematikanya. Jelas kaaaannnnn? Jelas dooonnggg. *maksa
RPP ini berlaku sebagai rancangan atau ancer-ancer kita dalam melakukan proses pembelajaran. Se-perfect mungkin RPP yang kita buat, nggak akan ada artinya kalau kita nggak mengembangkan diri dan memberikan totalitas maksimal penampilan kita sebagai seorang pendidik. So, let's make change to be the better one. ^^
Cheers!
Patut direnungkan :)

Kamis, 12 November 2015

Fisika Ala Serway-Jewett Bab 5-6 *Sedikit Pemanasan*

Hello!
Mari kita memulai hari dengan sebuah semangat yang menggelora merasuk jiwa!!
*omong apaan sih gue* -_____-

Kali ini aku mencoba untuk melakukan brainstorming dengan sedikit soal-soal fisika. WHAAATTTT? FISIKAAAAA???
Iya. Fisika ini cocok banget buat pemanasan otak. Buat olahraga otak sesuai banget nih. Biar otaknya nggak tumpul, biar tajem, kita harus sering-sering melatih otak kita dengan berbagai persoalan yang sedikit banyak membuat alis berkerut. Dan yang paling cocok, sekali lagi, adalah nyobain soal-soal FISIKA.

But, keep calm.
Fisika yang aku maksud di sini adalah fisika yang berupa konsep. Bukan fisika yang pada umumnya berisi tentang rumus-rumus *ralat: persamaan*.
Sebenarnya, fisika itu menyenangkan kalau kita paham konsepnya dengan baik. *cieeeeeee sok ngguruin banget gueeee*
Hanya saja, nowadays, *bukan nowadays juga sih, udah sejak jaman Brontosaurus malah* fisika itu kesannya mengerikan, nyeremin, horor, dan mistik karena isinya persamaan-persamaan, entah disimbolkan berupa rentetan huruf maupun angka sing nggilani banget. Maka dari itu, untuk mengawalinya aku mengawali dengan awalan tapi tanpa pengawal *oke fix ini alay banget* berupa konsep-konsep yang tidak melulu dibuat dalam bentuk persamaan.

To the point, aku mengambil contoh soal-soal dari buku karangan Raymond A. Serway dan John W. Jewett berjudul Physics for Scientists and Engineers. Aku ambil questions pada Chapter 5 dan 6 masing-masing 5 soal. Jadi, totalnya ada 10 soal. Cukup lah untuk memanaskan otak.
Soal-soal yang ada ini sudah kulengkapi dengan solusinya. Kalau masih mbundhet, bisa dipikirkan ulang lagi dan dibahas lagi dan didiskusikan lagi dan dipahami lebih dalam lagi dan pokoknya harus sampai tahap mudheng tenanan.
So, let's try!
Chapter 5:
  1. Identifikasi pasangan aksi-reaksi pada situasi berikut: a.) Seorang pria melangkahkan kaki. b.) Sebuah bola salju dilemparkan pada punggung seorang anak perempuan. c.) Seorang pemain baseball menangkap bola. d.) Angin bergerak mengenai sebuah jendela. (No. 14)
  2. Seorang atlet memegang tali yang ringan. Tali tersebut melewati sebuah katrol yang memiliki gesekan kecil (bisa diabaikan) dan katrol tersebut tergantung di langit-langit. Sebuah karung pasir yang memiliki berat sama dengan berat atlet diikatkan pada ujung tali yang lain. Pada awalnya, karung pasir dan atlet berada pada posisi diam. Atlet ini memanjat tali, terkadang bergerak melambat dan mempercepat. Apa yang terjadi pada karung pasir itu? Jelaskan! (No. 18)
  3. Dapatkah sebuah benda melakukan gaya pada dirinya-sendiri? Jelaskan! (No. 20)
  4. Jika kamu menekan sebuah kotak yang berat pada posisi diamnya, kamu pasti melakukan beberapa gaya untuk memulai gerakannya. Akan tetapi, ketika kotak tersebut meluncur, kamu dapat memberikan gaya yang lebih kecil untuk mempertahankan gerakan itu. Mengapa? (No. 21)
  5. Sebuah buku diberi dorongan kecil untuk membuatnya meluncur ke arah atas pada sebuah bidang miring yang kasar. Buku itu berhenti dan kemudian meluncur ke arah bawah menuju titik awalnya. Apakah buku itu memiliki waktu yang sama untuk bergerak ke atas seperti saat bergerak turun ke bawah? Bagaimana jika bidang miringnya licin? (No. 24)
Chapter 6:
  1. Seember air dapat diputar pada garis vertikal sedemikian hingga tidak ada air yang tumpah. Mengapa airnya tetap ada di dalam ember (tidak tumpah) ketika embernya berada dengan posisi terbalik di atas kepala? (No. 12)
  2. Jika kamu menaiki lift yang ada di gedung tinggi, kamu pasti merasakan sensasi tertentu (aneh) seperti merasa berat atau ringan, tergantung dari arah percepatan. Jelaskan sensasi ini! Apakah kita sungguh-sungguh tidak memiliki berat dalam gerak jatuh bebas? (No. 16)
  3. Misalkan sebuah tetes air hujan berdiameter kecil dan besar jatuh ke bumi melalui atmosfer. Bandingkan kecepatan terminal di antara keduanya! Berapa percepatannya ketika keduanya meraih kecepatan terminal? (No. 18)
  4. Jika seseorang memberitahumu bahwa para astronot tidak memiliki berat di orbit karena mereka berada di bawah tarikan gravitasi, apakah kamu menerima pernyataan tersebut? Jelaskan! (No. 9)
  5. Sebuah benda melakukan gerakan melingkar dengan kecepatan konstan kapanpun gaya total pada besaran konstan beraksi tegak lurus terhadap kecepatan. Apa yang terjadi pada kecepatan jika gayanya tidak tegak lurus terhadap kecepatan? (No. 5)
Bagaimana? Sudah cukup panas otaknya?
Nah, untuk sedikit pencerahan, aku beri hint-nya deh. Bisa dibilang solusi juga sih. Tapi kalau masih bingung dan muter-muter, berarti emang soal-soal tersebut layak untuk dipikirkan lebih mendalam. Hahahaaaaaa :D
Berikut solusinya:
Chapter 5:

  1. a.) Ketika seorang pria melangkahkan kaki, gaya aksinya adalah gaya kaki pada bumi, sementara gaya reaksinya adalah bumi pada kaki pria tersebut. b.) Gaya aksi: gaya yang dilakukan oleh bola salju pada punggung anak. Gaya reaksi: gaya yang dilakukan oleh punggung anak pada bola salju. c.) Gaya aksi yang terjadi yaitu gaya sarung tangan pada bola, sementara gaya reaksinya yaitu gaya bola pada sarung tangan. d.) Gaya aksi: gaya yang dilakukan oleh molekul udara (angin) pada jendela. Sedangkan gaya reaksinya yaitu gaya pada molekul udara yang dilakukan oleh jendela. (No. 14)
  2. Satu karung pasir bergerak ke atas bersama dengan atlet, tak peduli seberapa cepat atlet memanjat. Karena atlet dan karung pasir memiliki berat yang sama, percepatan sistem pastinya harus nol. (No. 18)
  3. Sebuah benda tidak mampu melakukan gaya pada dirinya-sendiri. Jika mampu, benda tersebut akan dapat berakselerasi sendiri (memiliki percepatannya sendiri), tanpa berinteraksi dengan lingkungan sekitar. (No. 20)
  4. Agar kotak dapat meluncur, kamu harus menekan lebih keras dari gaya gesek statis maksimum. Ketika kotak bergerak, kamu perlu menekan dengan gaya yang sama dengan gaya gesek kinetis untuk mempertahankan gerakan kotak. (No. 21)
  5. Dengan gesekan, buku tersebut lebih lama turun daripada gerakan naiknya. Saat bergerak naik, gaya gesek dan komponen berat pada bidang berada pada arah yang sama, sehingga memberikan percepatan yang besar. Pada arah turun (saat bergerak turun), gayanya berada pada arah yang berlawanan, memberikan percepatan yang relatif lebih rendah. Bila bidang miringnya licin, waktu ketika bergerak naik dan turun akan sama besarnya. (No. 24)
Chapter 6:
  1. Air memiliki kelembaman (upaya untuk mempertahankan keadaannya). Air cenderung bergerak pada sepanjang garis lurus, tetapi ember menariknya ke dalam dan berputar dalam bentuk melingkar. (No. 12)
  2. Ketika kamu tidak berakselerasi, gaya normal dan beratmu akan sama besar. Tubuhmu menginterpretasikan gaya lantai yang mendorongmu sebesar beratmu. Ketika kamu berakselerasi di dalam lift, gaya normal ini berubah sehingga kamu berakselerasi dengan lift. Dalam gerak jatuh bebas, kamu tidak akan pernah tidak berbobot (tidak pernah tidak memiliki berat) karena gravitasi bumi dan massamu tidak berubah. (No. 16)
  3. Tetes air hujan berdiameter besar memiliki kecepatan terminal terbesar. Bila menilik pada pokok bahasan lingkaran, soal tersebut menjelaskan bahwa kecepatan terminal sebanding dengan akar 2 dari r. Ketika bergerak dengan kecepatan terminal, benda itu berada dalam kesetimbangan dan memiliki percepatan sebesar nol. (No. 18)
  4. Saya tidak akan menerima pernyataan tersebut berdasarkan pada dua alasan. a.) Untuk "di bawah tarikan gravitasi", seseorang harus berada pada jarak yang sejauh mungkin (bahkan hingga jarak yang tidak terbatas) dengan seluruh materi yang ada di luar angkasa. b.) Para astronot di orbit bergerak di lintasan melingkar. Ini terjadi berkat tarikan gravitasi bumi pada astronot yang menyebabkan mereka tetap berada di orbit. Di luar angkasa, di atas atmosfer, gravitasi hanya sedikit lebih lemah daripada di permukaan bumi. Gravitasi akan bekerja sempurna untuk mengorbitkan pesawat angkasa, karena pesawat ini tidak merasakan gaya-gaya lain dan berada dalam keadaan jatuh bebas. (No. 9)
  5. Kecepatan berubah. Komponen gaya tangensial akan menyebabkan adanya percepatan tangensial. (No. 5)
Yak! Demikianlah pemanasan otak untuk kali ini. Semoga saja bermanfaat untuk kemaslahatan umat. Wkwkwkwkkk :D
See you on my next post, guys!

Minggu, 01 November 2015

Klati Milk Klaten

Hey hooooo~
Sore-sore gini enaknya nyeruput susu deehhhh. Hehehehee :D
Abis panas-panasan dari Solo, sebelum sampe rumah mampir dulu bentar di Klati Milk Klaten. Ini ada di daerah sebelah utara Penggung, Klaten. Sebelahan sama BPR Ceper. Aku di sini juga singkat aja, nggak lama-lama, keburu malem. Wkwkwkk :D
Sooo, aku cuma pesen minum deh.
Es Susu Marshmallow
Udah itu aja yang aku pesen. 12k. Seger sihhh, aroma susunya terasa, tapi sensasi marshmallow-nya kurang nendang menurut aku. Hehee :D
Menu yang lain juga banyak sih, selain snack ada juga makanan berat kayak nasi goreng, dll. Di sini ada fasilitas wifi juga, tapi pas aku ke situ kebetulan lagi trouble, jadinya aku nggak bisa memanfaatkan fasilitas satu itu deh. Inilah salah satu alesan aku mampirnya nggak lama-lama.
Okay, sampai jumpa lagi, teman-temaaaannnnn~

Janji yang Ditepati

Minggu pagi yang cerah ini Anita berencana untuk menghabiskan waktu di rumah saja. Ia merasa lelah karena selama enam hari sebelumnya disibukkan oleh kegiatan kampus yang menggila, mulai dari kuliah tatap muka di kelas, rapat demi rapat yang diselenggarakan oleh organisasi yang diikutinya, proyek kelompok untuk membantu penelitian dosen, dan berbagai tugas kuliah serta laporan praktikum yang selalu menumpuk di akhir pekan. Jadi, hari libur ini benar-benar dimanfaatkan oleh Anita untuk beristirahat sebelum kembali bertempur dengan aktivitas-aktivitas regulernya tersebut.
Waktu menunjukkan pukul 06.45. Anita belum beranjak dari kasur kesayangannya yang bersprei warna biru langit, warna kesukaannya. Ia sungguh-sungguh berniat untuk istirahat sehari penuh tanpa melakukan kegiatan lain kecuali bermalas-malasan. Karena hal seperti ini merupakan hal yang langka bagi Anita, ia pun memanfaatkan waktu liburnya sebaik mungkin. Tidur, bangun sekejap, tidur lagi, bangun lagi, mengecek smartphone sambil berbaring, dan itu dilakukannya berulang-ulang hingga waktu menunjukkan pukul 09.03.
Tok tok tok...
Pintu kamar Anita diketuk.
“Anita...” Suara ibunya lirih memanggil Anita. Namun, tiada jawaban. Ibunya mencoba untuk membuka handle pintu. Oh, terkunci dari dalam. Anita memang memiliki kebiasaan selalu mengunci kamarnya, berharap agar tidak ada seorang pun yang bisa memasuki kamarnya selagi ia sedang berada di dalam kamar sekalipun itu ibunya sendiri yang ingin menengoknya. Anita belum beranjak dari kasurnya. Sang Ibu tak juga menyerah untuk membangunkan anaknya dengan ketukan pintu dan suara lirih. Akhirnya setelah beberapa kali ketukan dan panggilan, Anita menyerah. Ia merasa terganggu dengan ulah ibunya tersebut. Ia pun membuka pintu kamarnya dengan raut wajah yang kesal.
“Ada apa sih, Bu? Aku ingin istirahat seharian dan tidak ingin diganggu,” ujar Anita sambil mengucek-ucek matanya yang masih merah.
“Kau lupa janjimu, Nak? Katamu kau hari ini bersedia mengantar adikmu latihan taekwondo. Ini sudah pukul sembilan, sayang. Bergegaslah,” Ibu mengingatkan.
“Ah, Ibu. Aku lelah sekali. Aku ingin beristirahat seharian saja di rumah, aku tak ingin ke mana-mana. Bagaimana bila Ayah atau Kak Naya saja yang mengantar Edo ke dojang?” Anita berusaha untuk mempertahankan argumennya. Ia benar-benar tak ingin pergi ke mana pun.
“Ayah dan Ibu akan pergi ke resepsi pernikahan, sayang. Kakakmu sudah pergi sejak tadi, ada acara dengan kawan-kawan proyeknya. Nah, yang benar-benar luang ‘kan kau, sayangku. Lagipula kau sudah berjanji akan mengantar adikmu latihan. Hayo, jangan dilupakan janjinya,” rayu Ibu.
“Kubatalkan janjiku, Bu. Biarkan Edo berangkat sendiri. Dojang juga hanya tiga kilometer dari sini. Tak masalah baginya. Toh dia juga sudah bisa naik motor sendiri.”
“Anita, adikmu itu masih SMP. Terlalu berbahaya bila ia mengendarai motor sendiri. Dia harus diantar, Nak. Ayolah, kau sudah berjanji akan mengantarnya. Tak ada pembatalan janji. Kau harus menepati janjimu. Bergegaslah, sayang. Nanti adikmu bisa terlambat kalau kau tak segera bersiap. Sepulang dari mengantar adikmu ke dojang, kau bisa melanjutkan istirahatmu di rumah, Anita. Ya, sayang?” Ibu tegas dalam memberikan perintah, tetapi masih tetap mampu mempertahankan kelembutan sikapnya. Anita pun tak kuasa untuk menolak permintaan ibunya tersebut. Pada akhirnya ia mengiyakan segala perintah ibunya walaupun dengan perasaan yang kesal, tidak ikhlas, dan dengan wajah yang bersungut-sungut.
“Hhhhh, baik, baik, Ibu. Aku akan mengantar Edo. Aku bisa melakukan dengan cepat.”
Ibu tersenyum menatap anak keduanya tersebut. Ia mengusap rambut anaknya yang masih berantakan dan mengucapkan terima kasih. Kemudian Anita bergegas mandi, berdandan, dan siap untuk mengantar adiknya ke dojang untuk melakukan latihan rutin taekwondo.
~ ~ ~ 0 0 0 ~ ~ ~
Waktu menunjukkan pukul 09.46. Anita dan Edo bersiap untuk pergi ke dojang, tempat latihan rutin taekwondo adiknya. Seperti biasa, Anita mengenakan setelan lengkap seperti masker, sarung tangan, dan jaket. Walaupun jarak antara rumahnya dengan dojang tidak terlalu jauh, hanya sekitar tiga kilometer, ia tetap mengenakan helm dan membawa kelengkapan surat berkendara, seperti STNK dan SIM. Selain karena jalan yang dilewati merupakan kawasan tertib lalu lintas, Anita sendiri pada dasarnya memang pribadi yang idealis dan selalu taat peraturan. Lebih tepatnya karena ia tidak ingin terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Setidaknya ia telah melakukan pencegahan sebelumnya kalau-kalau hal terburuk itu sampai terjadi. Ia pun selalu cerewet kepada adiknya agar Edo juga mengenakan kelengkapan berkendara walaupun posisinya sebagai orang yang dibonceng. Edo tetap mengenakan jaket dan helm.
Kakak-beradik itu pun siap untuk berangkat. Anita memacu Honda Beat warna biru kesayangannya tersebut dengan kecepatan sedang, sekitar 40-50 km/jam. Kondisi jalan raya lumayan padat waktu itu. Oh, ini hari libur, pantas saja jalanannya ramai, pikir Anita. Ia tidak mau kebut-kebutan. Sekalipun ia memang kesal karena ekspektasi liburnya dikacaukan oleh pemenuhan janji untuk mengantar adiknya, Anita masih tetap bisa menggunakan akal sehatnya dengan baik. Logikanya masih menang dan untungnya ia memiliki sifat sabar dalam menghadapi situasi yang menjengkelkan, paling tidak ia mampu untuk mengendalikan emosi. Baginya keselamatan itu nomor satu. Sampai di tempat tujuan dengan sehat dan selamat adalah tujuan utama. Lagipula dengan kondisi jalan yang padat seperti ini, mana mungkin mau memacu kendaraan dengan kecepatan tinggi? Terbang saja sekalian.
Berpacu dengan kecepatan sedang seperti ini, tidak lantas membuat kakak-beradik tersebut terlambat sampai tujuan. Anita sudah memperkirakan untuk tiba di dojang tepat waktu, yaitu sekitar pukul 10.00. Benar saja, ia tiba di lokasi tepat pukul 09.58 dan ia tidak perlu terburu-buru dalam berkendara. Sesampainya di dojang, Edo berpamitan kepada Anita dan berpesan untuk dijemput pukul 12.30.
“Hati-hati ya, Kak Nita,” pesan Edo kepada kakaknya sesaat sebelum Anita kembali pulang ke rumah. “Okay,” jawab Anita singkat.
~ ~ ~ 0 0 0 ~ ~ ~
Anita melaju santai dengan kecepatan sedang, sama seperti saat ia berangkat mengantar adiknya tadi. Di separuh perjalanan ia melihat jarum indikator bahan bakar berada pada posisi tengah, artinya separuh tangki telah kosong. Ia kemudian mengarahkan diri menuju SPBU terdekat. Anita memiliki kebiasaan untuk mengisi bahan bakar ketika jarum indikatornya berada pada posisi setengah. Ia tak pernah menunggu tangkinya benar-benar kosong untuk kemudian baru diisi bahan bakarnya. Anita ingat bahwa bila terlambat mengisi bahan bakar atau mengisi bahan bakar dalam kondisi tangki kosong, dapat memberikan dampak yang serius pada filter, pompa bahan bakar, dan injektor. Selain itu, dapat menyebabkan korosi lebih cepat pada tangkinya. Hmm, tentu saja nona perfeksionis ini tak ingin hal-hal mengerikan tersebut terjadi pada motor kesayangannya yang telah menemaninya melanglang buana ke sana-kemari selama kurang lebih dua tahun ini.
Sesampainya di SPBU, Anita cukup terkejut karena antreannya lumayan panjang. Tak apalah, bisa menunggu, pikirnya. Anita mematikan mesin motornya selagi menanti. Jika antreannya bergerak maju, ia menuntun kendaraannya tersebut tanpa menghidupkan mesinnya. Di tengah-tengah proses menanti giliran mengisi bahan bakar,  tiba-tiba terdengar suara dentuman keras.
BRAKKK!!!
Semua perhatian tertuju pada arah sumber suara tersebut. Ternyata suara itu berasal dari jalan tepat di depan SPBU. Beberapa orang langsung berhambur ke TKP. Terjadi kecelakaan antara dua motor dari arah yang saling berlawanan. Satu motor dikendarai oleh seorang wanita paruh baya, sementara motor yang lain dikendarai oleh seorang anak SMP. Anak SMP ini adalah kawan Edo! Anak ini tidak mengenakan kelengkapan berkendara. Belum memiliki SIM, tidak mengenakan helm, dan melaju dengan kecepatan cukup tinggi hingga kehilangan keseimbangan, sampai pada akhirnya menabrak wanita paruh baya yang melaju dari arah berlawanan. Beruntung, keduanya tidak mengalami luka parah. Si anak SMP menderita luka lecet di bagian kaki kanan, pelipis kanan, dan siku kanan, sementara si wanita paruh baya hanya jatuh terpental ke sisi kiri jalan dengan menderita luka lecet di lutut kirinya. Kondisi fisik keduanya tidak terlalu parah, akan tetapi kondisi motor keduanya lumayan rusak berat. Orang-orang yang berkerumun terlihat sibuk menolong para korban, menghubungi polisi dan ambulans, agar keduanya bisa mendapatkan pertolongan lebih lanjut.
Anita yang melihat kejadian tersebut langsung teringat kepada Edo. Jantungnya berdegup kencang. Ia tidak bisa membayangkan seandainya tadi ia tidak bersedia mengantarkan Edo dan membiarkan adiknya mengendarai motor sendiri. Bagaimana jadinya bila anak SMP yang mengalami laka lantas itu adalah adiknya? Bagaimana jika janjinya mengantarkan Edo ia batalkan sepihak hanya karena alasan ingin beristirahat seharian di rumah? Bagaimana bila ...?
Berbagai imajinasi menari-nari di kepala Anita. Betapa bersyukurnya ia sebab telah meninggalkan keegoisannya untuk bermalas-malasan di rumah. Ia banyak mengambil hikmah dari peristiwa yang ia lihat dengan mata kepalanya sendiri. Satu hal yang terpenting: janji itu memang seharusnya ditepati. Ternyata ini adalah hal yang terjadi di balik janji yang disepakatinya tempo hari dengan adiknya untuk mengantar latihan di dojang. Hal lain yang dapat dipetik pelajaran dari peristiwa ini yaitu kesadaran berkendara. Anita selalu berpegang pada keyakinan untuk memastikan segala sesuatunya lengkap sebelum beranjak pergi berkendara. SIM, STNK, kondisi kendaraan, dan kondisi fisik (kesehatan) pengendara sangat penting untuk diperhatikan. Sebisa mungkin berbagai persiapan tersebut dilakukan sematang mungkin. Setidaknya dapat mencegah atau meminimalisir terjadinya kecelakaan lalu lintas di jalan raya. Anak SMP yang menjadi korban laka lantas itu adalah kawan Edo, mereka seumuran. Seharusnya usia anak SMP belum diperbolehkan mengendarai kendaraan bermotor sendiri. Harus ada yang mendampingi sebagai orang yang memboncengkan. Anak seusia Edo belum memiliki SIM, belum berhak untuk mengendarai motor karena kematangan emosinya belum stabil dan kelihaian dalam berkendara belum begitu terlatih. Mata hati Anita benar-benar dibukakan berkat kejadian barusan. Dalam hati, ia sungguh berterima kasih kepada ibunya yang tidak berputus asa mengingatkan Anita tentang janjinya. Janji untuk mengantarkan adiknya. Kelihatannya memang sepele. Namun, ternyata hal ini menyimpan hikmah yang begitu besar bagi Anita. Ia berbisik dalam batinnya, semoga kesadaran dalam berkendara ini senantiasa terbersit dalam sanubari para pengendara sepeda motor. Karena kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi ketika hidup kita berada di atas roda sepeda motor. Kita harus selalu berhati-hati, berdoa, berharap segala sesuatu berjalan dengan lancar, dan mengupayakan agar selamat sampai tujuan. Anita menghela napas dan mengucap beribu-ribu syukur kepada Tuhan atas keselamatan yang diberikan oleh-Nya.

~ ~ ~ 0 0 0 ~ ~ ~


Blog post ini dibuat dalam rangka mengikuti Kompetisi Menulis Cerpen 'Tertib, Aman, dan Selamat Bersepeda Motor di Jalan.' #SafetyFirst
Diselenggarakan oleh Yayasan Astra-Honda Motor dan Nulisbuku.com