Pagi yang mendung, yah?
Bahkan belum sempat kucium hangatnya sinar mentari, gerimis ini sudah keburu mencumbuku
Sepertinya awan mendung di atas sana lebih suka menggeliat
Memperlihatkan keperkasaannya yang menumbangkan kekuatan nur matahari
Hai, kamu bangga, awan?
Mungkin ini memang saatmu
Kau mendendam, aku melihatnya di bulir air matamu
Pagiku yang seharusnya cerah kau hapus begitu saja dengan rintik gerimismu
Aku tak mengeluh, aku berusaha menikmatimu
Memahami bahasa tubuhmu
Dendammu pada matahari yang setiap pagi memamerkan kecantikannya
Kali ini kau boleh berpuas diri menumpahkan kekesalanmu
Bahkan untuk waktu seharian ini, boleh
Aku tak melarangmu
Aku sungguh mendengar erangan sebalmu itu
Oh, aku terlalu melankolis, yah?
Sudahlah, pagiku ini masih mendung
Kau, terserahmu sajalah
Lakukan apapun sesukamu, awan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar