Jumat, 29 Agustus 2014

Terlempar pada Kenangan Pahit

Di senja hari ini, aku menghabiskan waktuku untuk sejenak menilik jejakmu dan jejakku di dunia maya. Sejenak. Kenyataannya bisa dua jam juga waktuku terlewati hanya sekedar melihat-lihat apa saja yang pernah kau tuliskan, ku tuliskan, apapun itu.

Berawal dari dindingku sendiri. Kubilang dinding bersejarah karena itu saksi. Saksi bagaimana semua hal terjadi, terlewati, mengalir apa adanya. Ya, dinding itu saksi. Dia merekam semua jejakku sejak beberapa tahun lalu. Melalui keisenganku semata, aku kembali membuka halaman demi halaman. Oh, predikat alay tampaknya pantas untuk kusandang. Betapa labilnya aku dalam menumpahkan perasaanku dan mengekspresikan suatu hal. Sepertinya hiperbola sekali untuk ukuran orang dewasa dalam mengungkapkan atau merespon sesuatu. Tapi biarlah. Mungkin itu memang faseku.

Sebenarnya satu hal yang sangat mengganjal di pikiranku. Apakah selama ini yang aku tuliskan itu benar-benar kenyataan yang kuhadapi? Mengapa begitu menyedihkan? Aku berbicara mengenai kita. Kita berdua. Cobalah tengok, banyak sekali ungkapan hatiku yang mencerminkan kekecewaan, kepahitan, rasa sakit, teriakan, pemberontakan, kecemburuan, dan itu semua akibat ulahmu, tapi pada akhirnya aku tetap saja bertahan denganmu, tetap menjalani kisah ini. Jika dinalar dengan akal sehat, sudah seharusnyalah aku pergi meninggalkanmu, meninggalkan semua kenangan bersamamu, menutup lembaran buku yang kita tulis bersama. Tapi apa? Hingga kini, kita masih bersama.

Kali ini dindingmu. Aku menyoroti perjalananmu dari tahun ke tahun. Satu hal pula yang mengganjal. Selama kita bersama, kenapa kau masih saja menyiratkan "orang lain" dalam hidupmu? Aku menyimpulkan ini berdasarkan rekam jejak tulisanmu itu di dindingmu sendiri. Kupikir yang benar-benar ada di hatimu hanyalah aku. Tapi apa? Sepertinya aku salah menilai.

Aku sebenarnya telah menyadari bahwa selama ini 'tampaknya' memang hanya aku yang berjuang.
Lalu apa gunanya status yang kita sandang? Status yang selama ini dipandang orang-orang di luar sebagai pasangan kekasih.
Kenapa aku tak melihatmu turut berjuang?



Tidak ada komentar:

Posting Komentar