Sudah berapa banyak kekecewaan yang aku telan?
Sudah berapa sering kesedihan yang aku hirup?
Ahh.....semua terasa tak adil!
Kau.
Ya, kau...
Siapa lagi kalau bukan kau?
Kau - satu-satunya yang bisa membuatku menangis.
Tapi kau juga pernah berusaha membuatku bahagia, walau hanya secuil di atas penderitaan yang kurasakan selama ini.
Hhhhh.....
Di dalam ruang dan waktu ini kau cukup lengkap dalam mengisi jalan hidupku.
Selalu ada perih di samping kebahagiaan.
Selalu hadir kesedihan ketika tiba rasa senang.
Selalu ada tawa di atas tangis.
Dan selalu datang kekecewaan di sisi rasa bangga akanmu.
Banyak hal.
Tapi kenapa?
Kenapa setiap hal baik itu selalu terlapisi kabut tebal keburukan yang jauh lebih menghebat, sehingga aku hanya bisa melihat kebaikanmu itu samar.
Aku memang bukan penyair handal yang sanggup merangkai ribuan kata di hadapmu.
Aku lemah karena ketidaktegaanku.
Bukan tidak tega, lebih tepatnya cinta.
Apa berarti cintaku ini salah?
Aku memang tidak pandai berpura-pura memanipulasi perasaan.
Rasanya janggal sekali bila aku membohongi segala hal yang aku rasakan.
Sesak.
Sakit pada jantungku.
Lemah pada perasaanku.
Aku tak sanggup menyembunyikannya.
Aku tak sanggup.
Aku tak sanggup.
Rasa cemburuku begitu besar dan tak tertahan.
Tapi aku mencoba untuk tetap tegar dan tersenyum walaupun perih sekali.
Aku merasa terbagi.
Sakit.
Meski kau berkilah, tetap saja aku tak mudah percaya untuk ke sekian kalinya lagi.
Kepercayaan yang kuberikan kepadamu sudah kau sia-siakan begitu saja.
Pedih memang.
Tak ada yang mengetahuinya, tak ada.
Aku pun tak mau berbagi kepedihan ini dengan orang lain.
Lagipula, adakah yang sudi mendengarkanku barang sebentar saja?
Ku pikir tak ada.
Ohh...
Maafkan aku, Tuhan, aku telah mengeluh.
Tapi ini sifat yang Kau berikan kepadaku, 'kan?
Bukan hanya aku, melainkan seluruh manusia.
Ini manusiawi, Tuhan!
Aku hanya ingin berteriak dan mengatakan apa yang ada di benak dan hatiku selama ini.
Karena kurasa tak ada yang mau mendengarku.
Aku hanya ingin didengar, Ya Tuhan!
Aku tak perlu solusi dari orang lain, setidaknya aku hanya ingin melepas sedikit beban ini dengan berbagi.
Tapi sekali lagi, apakah ada yang mau mendengarku?
Apakah ada!
Yang dapat kulakukan sejauh ini hanya menulis, menulis, menulis hingga kering tinta yang kugunakan.
Hanya kertas dan tinta yang setia menemaniku, Tuhan.
Apakah sungguh tidak ada yang mendengarku selain-Mu?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar