Jumat, 27 Desember 2013

m e n y e s a k k a n

MAMA
dan hanya
MAMA


Yang paling bisa memahamiku
Yang paling bisa mengertiku
Yang selalu mengalah demi aku
Yang selalu membelaku
Yang selalu mendukungku
Yang selalu menyayangiku
Yang selalu mencintaiku
Yang tulus melakukan apa pun demi aku
Yang lembut dan kalem
Yang tak pernah memperlihatkan kesedihan berlarut-larut
Yang tegar dan tangguh
Yang berarti sekali bagiku
Allah, Tuhanku, aku berteriak dalam batin, jaga mamaku, lindungi dia, dan biarkan aku tumbuh bersamanya sampai aku tua!


*Tekanan pena dan air mataku adalah saksi atas semua ini*

Jogja, kabur dari rumah, 26 Desember 2013
09.09 pm

raksasa

Aku kehilangan raksasaku
Aku seperti kehilangan arah dan tujuan
Ke mana dia?
Taringku tak sekuat dulu
Pesonaku hilang
Apa ini?
Apa artinya semua ini?



Djogdja, 20 Desember 2013
23:32

HUJAN (LAGI)

Entah mengapa hujan selalu bisa menghipnotisku
Dari dentumannya yang ringan hingga sederas mungkin
Suaranya, lengkingannya, selalu cocok dengan suasana hati
Perasaan...
Tiada habis kata disandingkan dengan hujan
Hujan selalu jadi tema menarik bila dihubungkan dengan hati
Memori masa silam kembali terkuak
Imajinasiku bermain-main seraya berloncat-loncatan
Beriringan dengan bayangan, segala bayangan
Tanpa tujuan seakan hanya penghias realita
Realita fiktif...
Aku lelah, sungguh
Menghadapi hati atau perasaan yang tak pernah bersinergi dengan pikiran
Lagi-lagi derai air hujan pun memanas
Tapi suaranya menenteramkan jiwa
Aku hanya suka keheningan, kesendirian di saat seperti ini
Hujan...
Selalu menjadi kawan terbaik di saat aku butuh pelampiasan
Derai air yang jatuh dari langit ke bumi cukuplah sebagai simbol
Dan ini mewakili air mataku yang tak sanggup tumpah di pipi
Hanya tertahan dalam batin



Kamar kost 12:36 pm
20 Desember 2013

Sabtu, 14 Desember 2013

Mendung Tidak Hujan

Mendung...
Tapi tidak hujan
Tidak pula gerimis
Mengiringi pikiranku yang berkecamuk
Semua masih terdesain rapi di otak
Belum divisualisasikan
Belum diungkapkan dalam kata maupun gambar
Abstrak...

Mengapung
Mengambang
Belum jelas arah dan tujuannya
Yang ada hanya berakhir di kasur
Tidur...

Tidur yang sama sekali tak tenang dan tak damai
Lelah bekerja, tidak
Lelah berpikir, iya
So?


~di keheningan kamar kost~
~kipas angin menyala~
Jumat, 13 Desember 2013
02.39 pm

sajak sebelum kuliah (kemungkinan terlambat)

Siang menuju sore, sebelum kuliah
Mendung sedikit membuat hawa terasa panas
Berkeringat, tak ada angin
Tapi semua itu tidak membatasi aktivitas di siang menuju sore ini
Game dan novel dan rokok dan es susu dan film
Masing-masing berkutat dengan kesibukannya sendiri-sendiri
Entah sebagai pelaku maupun penonton
Yang penting nyaman dan suka


Djogdja, 10 Desember 2013
14.08-14.12

HUJAN

Rintik hujan ini kudengar
Sayup-sayup seperti memanggil namaku
Hening
Tapi tak sunyi
Aku hanya merasakan kedamaian
Nyaman sekali
Hujan ini damai
Tidak begitu deras, pun tidak hanya gerimis kecil
Titik-titik jatuhnya air hujan dari kerajaan langit bagai melantunkan lagu syahdu
Sejuk, dingin, beku
Perasaanku terseret
Menikmati cumbuan keheningan sang hujan
Aku tak menatap hujan
Aku hanya mendengarkan desahannya
Sungguh
Menggodaku untuk bersatu dengannya
Menikmati setiap sentuhan titik-titik air yang berupaya memelukku dalam kedamaian
Rintik hujan yang demikianlah yang selalu kurindukan
Bila aku sedang merasa tertekan, hampa, sedih, dan kosong
Kurasa ini hanya penawar sementara
Tapi ini manjur
Dan aku suka


di keheningan kamar kost djogdja
9 Desember 2013 07.03  pm

Suara - Emosi

Aku tak suka suara keras
Aku tak suka suara yang menggelegar
Aku tak suka suara yang sanggup merontokkan isi jantungku
Aku tak suka suara yang kasar
Aku tak suka suara yang menyakitkan untuk didengarkan

Emosi memang selalu mendapat kesempatan dua kali sebelum akal yang berbicara
Emosi memang selalu menang
Emosi memang egois dan tak pernah mau mengalah
Emosi memang angkuh, memandang remeh semua hal

Jantungku berdegup sangat kencang
Jantungku hampir runtuh
Jantungku terasa nyeri
Jantungku pecah!

Kenapa harus ada emosi bila akal jua eksis?
Kenapa harus ada emosi bila diam lebih berarti?
Kenapa harus ada emosi bila hening sangat mendamaikan jiwa?
Kenapa harus ada suara bila bisikan malah lebih membuat diri baik?
Kenapa harus ada suara bila senyum lebih bermakna?
Kenapa harus ada suara bila kebisuan sangat diharapkan adanya?


Rumah, 19.37, malam minggu, 7 Desember 2013

Minggu, 17 November 2013

singkat saja

sedang merasa campur-campur -_-"
that's not meaningful !

Senin, 04 November 2013

Kau dan Ilalang

Aku membawa debar jantungku untuk kutitipkan pada ilalang seberang rumah,
sampaikah salamku padamu?
Jauh...
Sangat jauh...
Bahkan aku pun tak tahu warna matamu.
Apa warna rambutmu.
Kuharap ilalang yang memikul debar jantungku mampu menyampaikannya padamu.
Kamu-yang aku pun tak tahu siapa-bersabarlah dalam kesetiaan.
Maafkan aku di sini, masih seperti ini, masih berjalan di atas onak yang kuciptakan sendiri, masih menikmati perih yang belum juga sembuh, masih menyayat nadi sendiri, masih bernapas dalam udara yang semestinya tidak aku hirup, masih bertahan berdiri terinjak seperti ini, masih memperjuangkan jiwa dan batinku untuk seseorang.
Kau, maafkan aku.
Kau, tunggulah aku.
Ilalang mungkin jenuh memikul debar jantungku terus-menerus yang hanya kutitipkan, tapi itu untukmu.
Hanya untukmu.
Dan ilalang pun tahu apa isi hatiku, dialah yang paling tahu segala isi hatiku.
Ilalang, jangan pernah bosan, kumohon.
Kau, jangan pernah menghilang, bila waktuku sampai, aku akan datang.


Senin, 08.56am, pagi-pagi sejuk setelah siraman hujan semalam
Bumi Djogdja

Kamis, 10 Oktober 2013

bzzzt

run. stuck. run. walk. stand. stand. stand. walk. run. run. run.
run. run. stuck. stop. stop. stop. walk. walk.
walk. run. run. run. run.
far away.

Jumat, 04 Januari 2013

Like a Child

Kadang aku berpikir aku ingin seperti anak kecil.
Mereka imut, masih sangat muda, dan polos.
Tanpa dosa pula.
Mereka melihat dunia seperti yang mereka mau.
Tak pernah mengeluhkan tentang hal-hal sepele, selalu tertawa lepas, bermain-main sepuasnya, bebas lakukan apapun tanpa harus merasa bersalah, tidak memikul tanggung jawab yang besar, selalu optimis dan yakin semua hal bisa terwujud-ada-riil sekalipun itu merupakan suatu absurditas, cepat dapat memaafkan kesalahan orang lain dan segera melupakan kesalahan itu kemudian kembali bergandengan tangan dan tersenyum riang, tetap berlarian meskipun sesekali tersandung dan terjatuh, menangis sepuasnya tanpa harus merasa malu tapi lantas kembali tertawa riang begitu melihat sesuatu yang lucu dan menggelikan, terus mau belajar tanpa merasa bahwa itu adalah beban, berani memimpikan hal-hal besar walaupun itu mustahil, berdoa kepada Tuhan dengan bahasa yang seenaknya, tidak segan meminta dekapan hangat mama atau gendongan erat papa, bebas menjahili kawan, bebas bergaul dengan siapapun tanpa khawatir dihinggapi suatu perasaan yang orang dewasa sebut itu "cinta", tidak pernah mengeluh berlebihan ketika sakit atau kurang sehat, bebas makan es krim-kue-donat-roti-permen seharian dalam skala besar tanpa tahu semua benda tadi berpotensi menimbulkan diabetes, serta bebas bertingkah dan mengekspresikan diri sesukanya tanpa harus merasa ragu-malu-dan sebagainya.
Ada kalanya aku ingin seperti itu, meskipun tidak harus semuanya sama persis.
Tapi yaahh.....secara garis besar dalam hal berpikiran positif lah.
Anak kecil itu jarang su'udzon. Mereka anggap semua orang dan semua kemungkinan itu baik, tidak pernah buruk. Mereka beranggapan dunia selalu mendukung dan berpihak pada mereka.