Pernahkah
kamu mengalami sesuatu yang begitu berkesan dalam hidupmu sampai-sampai kamu
merasakan dadamu sesak, pikiranmu terbawa, dan rentetan peristiwa itu
berulang-ulang terbayang di otakmu? Pastinya pernah, ya. Aku pun begitu. Entah
ini perasaan yang terlalu berlebihan atau apa, tapi bagiku hal ini membuncah
luar biasa dan tidak ada tandingannya. Sekali seumur hidup.
Suatu
hari, aku mendapatkan sebuah chat
dari seorang adik tingkatku. Dia – atas nama para dosen – meminta izin untuk
menampilkan produk penelitian pengembanganku yang berupa alat peraga (yang dulu
aku hasilkan untuk menempuh jenjang sarjana) di sebuah expo alat peraga yang
diselenggarakan di GOR UNY Jogja. I was
so excited and I let him did his job. Aku pun turut diundang untuk
menghadiri expo itu. Yah, sekadar jalan-jalan, nonton-nonton, juga nggak
masalah, pikirku.
Rabu, 4
Oktober 2017 aku datang di acara itu. Satu hal yang tebersit di otakku saat
itu: bukan main ramainyaaaaaaaaaaaa! Ternyata peserta expo ini banyak
bangeeeettttt! Dari banyak universitas, sekolah, bahkan kabupaten di provinsi sebelah. Objek yang
ditampilkan pun bervariasi. Ada alat peraga, media lain, produk khas daerah,
produk inovasi, dan sebagainya. Aku juga berkeliling untuk melihat-lihat. Tapi,
teteeeeuppp, fokus utamaku di stan tempat alat peragaku ditampilkan.
Stan |
Di
sinilah dia berada. Aku menghampiri stan ini yang ditunggui oleh beberapa
mahasiswa Teknik Industri UIN Sunan Kalijaga. Ya ngobrol-ngobrol, lihat-lihat, berinteraksi lah
layaknya manusia normal. Wkwk~
Di sini
aku memuaskan hasrat terpendamku, rindu terdalamku, dan bahagia tanpa
eksklamasi kepada sebuah benda *halah*.
Benda bukan sembarang benda. Ini benda
bersejarah, bernilai tinggi, dan tidak tergantikan. Ia menjadi saksi bisu
perjuangan hidup-matiku, sedih-senangku, tawa-tangisku, dan letih-riangku di
kala aku menjalani hari-hari sebagai seorang mahasiswi semester akhir yang
berikhtiar untuk menyelesaikan jenjang pendidikan sarjana di sebuah perguruan
tinggi negeri. Sejenak, aku kembali mengingat masa itu, kembali ke masa-masa
hidupku dikepung oleh S K R I P S I, kembali ke tahun 2014.
Baca juga: Prosedur Surat Izin Penelitian
Hello, there. |
Tema penelitianku adalah pengembangan media untuk siswa tunanetra. Media yang aku kembangkan ini berupa alat peraga sistem tata surya. Media lainnya berupa rekaman materi sistem tata surya (untuk diperdengarkan kepada siswa tunanetra sehingga dapat membantu mereka memahami konsep) dan lembar thermoform untuk penjelasan materi lebih lanjut.
Baca juga: Ciyeeeee, jadi pemateri, ciyeeeeeeeeee
Namun, alat peraga yang ditampilkan di sini hanya alat peraga utama, yaitu satu papan kayu yang berisi delapan planet. Oke, semesta jadi sempit rasanya kalau digambarkan dengan sebilah papan kayu. Alat peraga ini didesain semirip mungkin dengan kondisi asli alam semesta raya ini, meskipun nggak presisi-presisi amat, at least mendekati aslinya lah.
Alat peraga ini dibuat dari kayu sonokeling. Kenapa sonokeling? Karena kalau kayu jati, aku harus jual ginjal dulu buat bayar kayunya. Mahal gilaaakkk, coy!!
Alhasil, tiada jati, sonokeling pun jadi. Yang penting awet koyo hubunganmu karo deknen senajan endinge kandas.
Hayoooo, planet apa aja itu? |
Overall, kualitas kayunya bagus. Udah tiga tahun lebih tapi masih kokoh dan kinclong. Yang nggak awet itu keterangan berupa tulisan Braille yang aku buat di mika. Tulisan Braille-nya sebagian besar udah rata, nggak timbul-timbul lagi. Ya gimana? Saat itu aku mikirnya kira-kira bahan apa yang mudah digunakan untuk menuliskan tulisan-tulisan Braille dengan reglet dan pen (alat untuk membuat tulisan Braille). Satu-satunya yang terlintas cuma mika *mikir instan, ngga mau ribet*.
Jadi, yaudahlahya~
Wolesin ajaaa~
Penawar rindu adalah temu.
Quote yang sungguh --hak deszhhh--.
Ternyata aku kangen sama alat peraga itu. Begitu ketemu, ehhhhh, hati rasanya kayak abis diguyur air es bergalon-galon. Nyessssss banget.
Bisa lihat-lihat, pegang-pegang, terus kayak mo nangis aku tuuuuuuhhhhh keinget jaman-jaman dulu susah-payah ngerjain ginian. Kalo urat maluku udah lepas, rasanya mo aku peluk terus aku bawa pulang itu alat peraga.
Aku bikin dua paket alat peraga itu. Satu paket buat sekolah, satunya lagi buat kampus. Nah, yang dipamerin di Expo ini alat peraga yang disimpen di kampus.
Hadeeeehhh, sungguh. Otakku serasa jalan-jalan ke dimensi lain dan menetap di tahun 2014 saat aku sedang menjalani penelitian. Aku bikin tulisan komplitnya juga, loh. Coba aja klik di sini.
Baca juga: Aku Tidak Setegar Mereka
Si adik tingkat yang udah mengontakku (batik merah) |
Terima kasih sedalam-dalamnya kusampaikan untuk si adik tingkat, dosen pembimbing skripsiku yang masih keep in touch hingga detik ini tapi belum sempat ketemu (I miss you so much, Miss W), dosen-dosen lainnya yang sudah mewariskan ilmu kepada gadis-yang-selalu-merasa-salah-jurusan ini, dan semua pihak yang telah berkongsi dengan semesta untuk mempertemukanku kembali dengan alat peraga berjuta kenangan ini.
God bless you all.
Baik-baiklah mencipta kenangan di saat ini. Kelak di masa depan, kamu akan menengok masa lalumu dan berkata, "Ya, aku pernah di sini." seraya tersenyum simpul dan menyampaikan limpahan rasa syukur berikut terima kasih kepada Tuhan - Sang Perancang Semesta Raya.See you on my next post, guys.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar